TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dikenal sebagai pemimpin yang dekat dan terbuka ketika bertemu langsung dengan masyarakat.
Sejak awal menjabat, Ganjar sering berkunjung ke pelosok desa-desa untuk ngopi bareng warga dan menginap di rumah warga.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Diponegoro (Undip), Triyono Lukmantoro, mengatakan gaya komunikasi Ganjar itu menunjukkan pemimpin yang peduli dan tidak tinggi hati.
Ganjar tidak menunggu didatangi masyarakat tetapi justru mendekati warga dengan datang ke kampung-kampung, desa-desa. Apalagi Ganjar sampai mau bermalam atau menginap di rumah warga.
"Ini saya kira menjadi satu kekhasan sendiri dari Ganjar. Dari situ komunikasi bisa terjalin dengan baik kalau pihak pimpinan atau dalam hal ini adalah Gubernur Ganjar mendatangi masyarakat. Otomatis keberjarakan itu menjadi hilang sehingga yang muncul adalah kesetaraan. Jadi kalau misalnya masyarakat didatangi itu kan merasa lebih nyaman, lebih dimanusiakan," kata Triyono saat dihubungi, Kamis (27/7/2023).
Menurutnya, ketika seorang pemimpin mengklaim dirinya merakyat maka harus benar-benar merakyat. Tidak bisa kemudian ia didatangi tetapi justru sebaliknya, harus mendatangi rakyatnya.
Baca juga: Ganjar Pranowo Turun Tangan Langsung, Djarum dan Gudang Garam Siap Beli Tembakau Petani Temanggung
Baca juga: Ganjar Turun ke Desa Pastikan Program Pengentasan Kemiskinan Ekstrem Berjalan
Baca juga: Cara Ganjar Selesaikan Persoalan di Desa dengan Ngopi Bareng Gubernur
Juga tidak hanya sekadar mendatangi tetapi juga harus benar-benar lebih baik dan harus mendengarkan. Ganjar adalah salah satu sosok pemimpin yang sudah melakukan hal itu.
"Saya kira ini kunci pemimpin yang baik itu mendatangi dan mendengarkan apa yang menjadi keluhan masyarakat, apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Nah kalau Ganjar bisa seperti itu saya kira ini menjadi hal yang sangat baik ya sehingga kalau katakanlah sekarang ia menjadi bakal calon presiden dari PDIP dan beberapa partai lain kalau itu konsisten dilaksanakan ya itu akan sangat baik," katanya.
Mendatangi dan mendengarkan warga adalah cara yang efektif untuk menyerap aspirasi dan melihat secara langsung kondisi masyarakat pada tingkat paling rendah.
Meski menurutnya saat ini pemanfaatan teknologi tetap bisa dilakukan untuk komunikasi, namun dengan mendatangi langsung akan bisa bertatap muka langsung, bersentuhan langsung, dan melihat kondisi atau wajah masyarakat.
"Pemimpin tadi tidak hanya sekadar menerima pesan yang bersifat tekstual saja, tertulis begitu kan, atau menerima keluhan dari rekaman video, tapi juga bisa juga mencium aroma masyarakat jadi tahu keluh kesah mereka, nada mereka. Ini komunikasi yang paling ideal," ungkap Triyono.
Mendatangi langsung masyarakatnya untuk mendengarkan, sudah dijalani Ganjar sejak dulu. Ganjar yang dinilai ramah, bisa ngobrol dengan seluruh lapisan masyarakat baik dari anak-anak hingga orang tua menurutnya menjadi nilai plus bagi Ganjar.
Ditambah lagi cara berbicaranya yang memang blak-blakan dan bisa dengan penuh canda tawa, membuat masyarakat merasa tak ada jarak dan nyaman berkomunikasi dengan Ganjar.
Menurut Triyono, gaya bicara yang ‘blokosuto’ itu sebenarnya adalah komunikasi yang transparan, eksplisit, dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Ia berharap Ganjar mempertahankan gaya komunikasi yang seperti itu, termasuk gaya Ganjar yang tidak terpaku pada protokoler.
"Artinya, tidak diatur oleh protokoler itu orangnya tidak dipilih-pilih bahkan siapapun bisa menemuinya. Kalau semua sudah diatur protokoler itu menjadi bukan komunikasi ya tapi menjadi peristiwa palsu atau say do event istilahnya. Orang kan juga tahu mana komunikasi yang alamiah atau dibuat-buat," ujar Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Undip itu.