TRIBUNJATENG.COM, CIBINONG - Salah seorang penambang yang terjebak di lubang galian di Pancurendang, Ajibarang, Banyumas bernama Ajat Sudrajat (29).
Sebelumnya ia merupakan penjual mi ayam.
Siapa sangka, upayanya beralih pekerjaan demi mencoba menggapai lebih banyak rezeki justru berakhir tragis.
Ajat merupakan warga Bogor salah satu korban yang terjebak di lubang tambang Banyumas dan nasibnya masih belum diketahui.
Karena sudah hampir sepekan korban terjebak dan keberadaannya belum diketahui, pihak keluarga pun ikhlas dan menggelar tahlilan di rumah di Kampung Gunung Leutik, Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
Pak Ahad (54), orang tua korban menceritakan bahwa putranya itu sebelumnya merupakan pedagang mie ayam.
Baca juga: Ahli Forensik Unsoed Sebut Peluang Hidup 8 Penambang di Banyumas Terjebak Sangat Minim
Baca juga: Potret Lubang Dondong Tambang Emas di Banyumas, Awal Mula Tragedi Akibatkan 8 Penambang Terjebak
"Sebelumnya jualan mie ayam, pakai gerobak dorong," kata Ahad kepada TribunnewsBogor.com.
Dia sudah bertahun-tahun menjadi pedagang mie ayam, namun pendapatannya tidak mengalami peningkatan.
Sedangkan di kampungnya tak ada lapangan pekerjaan lain yang lebih baik selain merantau.
"Di sini pekerjaan susah, bertani ada batasnya kan. Di sini banyak yang merantau ada yang ke Jakarta, Bogor, Jambi, Lampung, tersebar," tambah Pak Enen (55), kerabat korban.
Hal ini pun turut dirasakan korban Ajat Sudrajat.
Kesulitan ekonomi membuat dia memilih mengadu nasib dengan ikut bersama kerabatnya.
Yakni menjadi menjadi penambang di Banyumas demi menafkahi istri dan dua anaknya di kampung.
Bahkan pekerjaan penambangan emas ini pun baru korban lakoni tiga pekan sebelum musibah terjadi.
"Baru dia kerja jadi penambang, baru tiga minggu. Awalnya dia ikut kerabatnya, kalau kerabatnya (korban lain) mah sudah biasa," kata Pak Enen.
Enen menceritakan bahwa korban ini juga dikenal memiliki hobi bermain sepak bola.
Sudah banyak piala penghargaan yang dia juarai dalam sepak bola ini.
"Dia juga suka ngelatih sepak bola untuk anak-anak kecil," kata Pak Enen.
Atas musibah yang terjadi, keluarga mengaku ikhlas atas kejadian terjebaknya korban Ajat bersama kerabatnya yang lain di lubang tambang Banyumas ini.
"Jadi di sini mah udah menerima, udah pasrah, udah nasib lah," ungkapnya.
Diketahui, delapan penambang emas terjebak di lubang galian di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Delapan penambang itu dilaporkan terjebak di dalam lubang tambang sejak Selasa (25/7/2023) malam lalu karena tiba-tiba datang air yang menggenangi area pertambangan.
Delapan penambang yang terjebak itu diketahui terdiri atas naman Cecep Suriyana (29 tahun), Rama Abd Rohman (38), Ajat (29), Mad Kholis (32), Marmumin (32), Muhidin (44), Jumadi (33), serta Mulyadi (40) yang mana seluruhnya berasal dari Kabupaten Bogor.
Kecil Kemungkinan Bertahan
Ahli Forensik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dr. M. Zaenuri Hidayat menuturkan ada sejumlah kondisi yang memungkinkan 8 penambang di Banyumas yang terjebak dapat saja bertahan hidup.
Ia menjelaskan kondisi tersebut bisa saja terjadi apabila ada celah untuk aliran oksigen dari luar, manusia masih dapat bertahan hidup hingga satu minggu.
Sementara itu potensi kematian yang terjadi adalah karena kelaparan.
"Apakah saat tertimbun masih ada celah yang cukup adanya aliran oksigen dari luar.
Tentunya kalau ini yang terjadi, kematian bukan karena kekurangan oksigen, tapi karena kelaparan.
Kalau ini yang terjadi, maksimal bertahan hidup sampai 1 minggu," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (1/8/2023).
Hari ini, Selasa (1/8/2023) Operasi SAR menyelamatkan delapan penambang yang terjebak di lubang tambang emas Desa Pancurendang, Ajibarang, Banyumas, menjadi hari yang terakhir.
Memasuki hari terakhir, kondisi kedelapan penambang hingga hari ketujuh ini masih belum bisa dipastikan.
Zaenuri kemudian menyebutkan apabila tidak ada suplai oksigen, maka peluang bertahan hidup tergantung dari cadangan oksigen yang tersisa, serta luasan area tempat korban terjebak.
"Kalau tidak ada suplai oksigen dari luar, tentu semua tergantung cadangan oksigen yg tersisa di ruang tertutup tersebut," imbuhnya.
Selain itu luasan rongga tempat korban terjebak juga mempengaruhi kemungkinan mereka bertahan hidup.
Luasan rongga tempat korban terjebak menentukan sampai kapan bisa bertahan di dalam ruang tersebut.
"Kalau sangat sempit, apalagi dihuni 8 korban, dalam hitungan menit atau jam bisa saja menimbulkan kematian," katanya.
Fungsi blower yang digunakan para penambang tidak berfungsi untuk menambah oksigen, hanya menggerakkan udara saja.
Ia menjelaskan peluang bertahan hidup 8 penambang yang terjebak dalam lubang berisi air peluangnya minim.
Hal itu karena air menghambat aliran oksigen dari luar.
"Peluang bertahan kayaknya tidak mungkin kecuali air tidak menutup total saluran udara," jelasnya.
Operasi SAR yang telah berlangsung selama 7 hari untuk menyelamatkan delapan penambang yang terjebak akan dihentikan hari ini, Selasa (1/8/2023).
Tim SAR menutup pelaksanaan operasi SAR dengan melakukan tabur bunga dan memasang prasasti di lokasi serta doa bersama.
Baca juga: Kesal Jadi Korban Bullying Saat Salat Jumat, Remaja 15 Tahun Nekat Tikam Temannya di Kelas
Cekungan Jebol
Tim ESDM Provinsi Jawa Tengah mengatakan bila penambangan emas di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas jauh dari SOP kelayakan penambangan.
Menurut Kepala Kacabdin ESDM Wilayah Selatan, Mahendra Dwi Atmoko mengatakan banyak kaidah penggalian yang tidak sesuai standar.
Seperti tidak adanya safety dan ukuran lubang galian yang terlalu kecil.
Dalam melakukan penggalian ada dua jenis potensi air yang keluar yang dinamakan Akuifer (sumber air) tertekan dan Akuifer Bebas.
Akuifer tertekan (confined aquifer) adalah lapisan air tanah yang jumlah airnya di batasi oleh lapisan kedap air, baik di atas maupun di bawah dan mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
Sementara Akuifer bebas adalah (Unconfined aquifer) yaitu suatu akuifer yang mana muka air tanah merupakan batas atas dari zona jenuh air.
Secara sederhana Akuifer itu adalah lapisan pembawa air tanah.
Contohnya adalah sumur-sumur warga.
"Karena sudah terkonfirmasi kalau kedalaman dari lubang lebih dari 40 meter ada akuifer tertekan dan sulit tertangani kalau sudah terbongkar karena ada cekungan air tanah Purwokerto - Purbalingga," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (1/8/2023).
Pada saat penambang mengebor lubang di kedalaman kurang dari kedalaman 40 meter yang keluar saat itu adalah akuifer bebas sehingga saat dilakukan pemompaan masih bisa kering.
Waktu kejadian kebocoran air adalah akuifer tertekan yang dibor dan dikonfirmasi mereka berada di kedalaman lebih dari 40 meter.
"Muka air tanah normal disini adalah sekitar di 9.9 sampai 10 meter bawah tanah.
Tinggi tanah 115 mdpl dikurangi posisi muka tanah 9.9 ketemu dengan 105 mdpl dan terkonfirmasi sama dan sejajar dengan muka air Sungai Datar di 105 mdpl sehingga sejajar.
Pengurasan hanya mengurangi akuifer bebas saja, bukan di akuifer tertekannya.
Pihaknya mengatakan pemompaan hanya bisa mengurangi akuifer bebas dan yang bocor di akuifer tertekan tidak dapat teratasi," katanya.
Untuk akuifer bebas berada di kedalaman antara 5 meter sampai 35 meter di bawah tanah.
Sementara akuifer tertekan berada di kedalaman antara 40 meter sampai 100 meter bawah tanah. (jti/sebagian diolah dari Tibunbogor)
Baca juga: BREAKING NEWS: Evakuasi 8 Penambang di Banyumas Dihentikan, Korban Masih di Lubang Ditandai Prasasti