TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Sebanyak 34 peserta kota dan kabupaten se Jawa Tengah mengikuti pemusatan pendidikan dan pelatihan calon Paskibraka Provinsi Jawa Tengah 2023 di Hotel Plaza Semarang dari 4 -18 Agustus 2023.
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibra) merupakan kelompok yang mengemban tugas mulia dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia maka perlu pembekalan.
Di Provinsi Jawa Tengah, tahun 2023 menjadi tahun yang bersejarah dalam perjalanan Paskibra, di mana Pemusatan Pendidikan dan Pelatihan digelar dengan menghadirkan tokoh inspiratif dan pengetahuan yang mendalam tentang literasi digital serta algoritma kebangsaan.
Materi pembekalan diberikan oleh Prof Sri Puryono (Implementasi Nila-nilai Pancasila), Prof Sri Suwitri (Implementasi Nilai-nilai NKRI), Prof M Furqon Hidayatulloh ( Implementasi Nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika), Dr H Anang Budi Utomo (Implementasi Nilai-nilai UUD NRI 45), Muhammad Nawir (Literasi Digital), Iwan Leksono (Pengantar Program), Ade Andriansyah (Koordinator pemateri DPD ikal Lemhannas RI Jawa Tengah).
Salah satu pemateri Muhammad Nawir Spd, SH mengatakan dalam era yang semakin digital ini, literasi digital menjadi suatu keharusan. "Literasi Digital dan Algoritma Kebangsaan," menegaskan pentingnya pemahaman tentang teknologi elektronik dan cara bermedia sosial yang bijak," pesannya.
Muhammad Nawir Spd, SH, dalam pembekalan yang diberikan, menyoroti tentang Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), serta ancaman hukuman dan denda yang dapat diterapkan terhadap pelanggaran UU ITE.
Beliau juga menekankan pentingnya menciptakan lingkungan bermedia sosial yang aman dan nyaman bagi semua pengguna.
Etika dan Sikap Bijak Bermedia Sosial
Dalam era keterhubungan digital, etika dan sikap bijak bermedia sosial sangatlah penting.
Muhammad Nawir Spd, SH, menggarisbawahi beberapa prinsip penting dalam menggunakan media sosial, seperti menjaga sikap dan etika, menghindari akun-akun negatif atau beracun (toxic), dan memanfaatkan media sosial untuk kegiatan positif.
Salah satu pesannya adalah "Filter Before Share," yang mengajak setiap individu untuk lebih selektif dalam membagikan konten di media sosial.
Selain itu, Nawir juga menyoroti dampak negatif dari propaganda komputasional yang dapat merusak ikatan antara warga dan pemerintah, serta menurunkan kecerdasan publik.
Algoritma Kebangsaan menjadi jawaban untuk menghadapi tantangan ini, dengan tiga alasan utama: pertama, konten berpengaruh dalam pembentukan keyakinan publik; kedua, algoritma bisa membedakan perdebatan otentik dan akun-akun tidak otentik; ketiga, algoritma dapat mendorong kecerdasan dan kearifan bersama.
Maka konsep cakap digital, aman digital, etika digital, dan budaya digital menjadi landasan penting dalam literasi digital yang diajarkan pada acara ini. Maka perlunya membekali anggotanya dengan keterampilan dalam menggunakan perangkat teknologi dan aplikasi, memahami risiko digital, berperilaku secara etis di dunia siber, serta memperdalam wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila melalui karya budaya.
"Semangat literasi digital dan kesadaran akan pentingnya algoritma kebangsaan diharapkan akan memperkuat peran mereka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia serta dalam menjalankan tugas-tugas lainnya sebagai pemuda yang berperan aktif dalam membangun bangsa dan negara," pungkasnya.