TRIBUNJATENG.COM, PURWOREJO - Ariyanto, seorang warga Desa Tangkisan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, telah menjadikan kotoran sapi sebagai sumber energi biogas yang menggantikan penggunaan gas LPG.
Ariyanto, yang berusia 45 tahun, telah menerapkan inovasi ini selama hampir 10 tahun terakhir.
Api yang dihasilkan dari biogas tersebut terlihat berwarna biru dan cukup besar, memberikan alternatif yang efisien dan ramah lingkungan untuk memasak.
Selain itu, ini juga mengurangi penggunaan kompor kayu dan tabung gas LPG.
Devi, seorang karyawan pabrik konveksi yang berbagi cerita tentang inovasi energi ini, menjelaskan bahwa Ariyanto telah berhasil menghemat uang ratusan ribu hingga jutaan rupiah setiap bulan berkat pemanfaatan energi biogas.
Bahkan, inovasinya ini juga telah memberikan manfaat kepada tetangganya secara gratis.
Ariyanto pertama kali mendapatkan inspirasi ini dari kakaknya, seorang Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Diponegoro, yang bernama Karnoto.
"Dulu sekitar 2010 di desa ini masih sering banjir dan rumah saya menjadi tempat berkumpulnya warga.
Ketika warga buang air, kakak saya berpikir sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan (kotorannya)
. Akhirnya kakak memutuskan berternak sapi dan memanfaatkan kotorannya untuk diolah menjadi biogas," ucap Ari kepada Tribunjogja.com, Senin (9/10/2023).
Ide ini muncul ketika daerah tempat tinggal Ariyanto masih sering banjir, dan rumahnya menjadi tempat berkumpul warga.
Melihat peluang ini, kakak Ariyanto memutuskan untuk berternak sapi dan memanfaatkan kotorannya sebagai bahan baku biogas.
Pada awalnya, Ariyanto memiliki 36 ekor sapi, yang mampu menghasilkan belasan kilogram gas metana setiap hari.
Gas ini dapat memenuhi kebutuhan memasak untuk 13 rumah di sekitar rumahnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Ariyanto hanya memiliki 12 ekor sapi yang menghasilkan sekitar 3 kilogram gas metana setiap hari.