Kepercayaan warga lalu bisa didapatkan dengan adanya pertanggungjawaban setiap kali pertemuan. Para kader posyandu juga selalu mengirimkan foto yang memperlihatkan bantuan makanan benar-benar dimakan oleh anak stunting.
"Setelah dua bulan saya turun ke warga menunjukkan itu adalah program saya dan bisa dipertanggungjawabkan. Lambat laun warga percaya. Alhamdulillah sampai hari ini masih solid," ingat Saeri dengan mata berkaca-kaca.
Bantuan sembako lengkap dengan lauk pauk dari swadaya warga itu disambut kebahagiaan dari keluarga balita stunting. Seperti Cuniasih (39), ibu dari baduta Sendi Capriliando (1,5).
Anak laki-lakinya setiap bulan memperlihatkan pertumbuhan yang bagus. Misalnya tinggi badan dalam satu bulan terakhir bertambah dari 75 centimeter menjadi 78,3 centimeter.
Tetapi untuk berat badan bulan ini mengalami penurunan karena sakit. "Hasil pertumbuhannya bagus, tingginya bertambah. Bantuan sembako yang diterima, saya telateni biar dikonsumsi anak. Jadi biar ada pengaruh ke pertumbuhan," kata Cuniasih seusai penimbangan.
Keroyok Bersama
Desa Ciampel dari pusat perkotaan jaraknya cukup jauh, sekira 27 kilometer. Lokasi desa ini berada di bagian barat Kabupaten Brebes, dekat dengan perbatasan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Meski bukan desa pilot project, gerakan seribu rupiah atasi stunting berjalan sangat baik. Dari jumlah penduduk sebanyak 4.253 jiwa, sebanyak 75 persen warga aktif memberikan iuran. Mata pencarian warga sendiri rata-rata adalah buruh tani.
"Pertama kali ada di Kecamatan Tanjung. Bu carik (red, Saeri), memang semangat banget untuk menjalankannya di desa. Dia rapat dengan bidan, kader-kader, sampai bikin jadwal penarikan iuran," kata Nurul Lail, Bidan Desa Ciampel, pada Kamis (5/10/2023).
Tak hanya di Posyandu Melati RW 03, gerakan seribu rupiah juga berjalan di Posyandu Aster RW 01, Posyandu Dahlia RW 02, serta Posyandu Mawar dan Posyandu Anggrek di RW 04.
Saat pelaksanaan posyandu, orangtua dan anaknya tidak hanya mendapatkan bantuan makanan, tetapi juga edukasi. "Kami beri edukasi, ini nanti yang makan harus anaknya ya. Cara makannya seperti ini, nanti saat ketemu lagi, berat badannya harus ada perkembangan," jelasnya.
Swadaya dengan minimal iuran seribu rupiah itu bukan satu-satunya program penanganan stunting di Desa Ciampel.
Ada program desa yang diaplikasikan dengan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 90 hari berturut-turut. Anak-anak stunting dikumpulkan tiap siang hari, lalu diberi makanan bergizi yang harus langsung dimakan. Makanan itu dimasak oleh bidan dan kader posyandu dengan menu yang berubah-rubah, seperti sop, daging atau pepes ikan.
"Oleh bidan dan kader, anak dan ibunya dipanggil. Di situ kami pastikan makanan itu benar-benar masuk ke perut anak," kata Kepala Desa Ciampel, Warnali.
Program lain berasal dari Pemerintah Kabupaten Brebes, namanya Gaspol, akronim dari Gerakan Atasi Stunting Peduli Donasi Telur. Program itu mewajibkan semua ASN untuk memberikan telur kepada anak-anak stunting.