Hari Santri 2023

Gus Nasrul: Kekuatan Fatwa Resolusi Jihad Adalah Hormat pada Ulama

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KH Nasrulloh Afandi atau Gus Nasrul saat memperingati Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum, Sarampu, Kecamayan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, (22/10/2023). Acara itu diselenggarakan PCNU Polman.

TRIBUNJATENG.COM, POLEWALIMANDAR - Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober sudah semestinya kembali menata ulang rasa cinta dan hormat kita kepada para kiai atau ulama berilmu yang memiliki latar bekalang pendidikan yang jelas.

Hal itu disampaikan DR KH Nasrulloh Afandi atau Gus Nasrul saat memperingati Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum, Sarampu, Kecamayan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, (22/10/2023). Acara itu diselenggarakan PCNU Polman.

Gus Nasrul yang juga Pengurus Pimpinan Pusat Pergunu itu, menambahkan, salah satu faktor terlaksananya Fatwa Resolusi Jihad, adalah rasa hormat dan taat kepada, para ulama atau kiai.

Sehingga, lanjutnya, ketika KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa resolusi Jihad, publik, khususnya para santri, dengan mudah mau menerima dan melaksanakan fatwa tersebut.

"Namun kini rasa, hormat dan mengidolakan para kiyai itu, berkurang," tegas Wakil Katib Syuriah PWNU Jateng itu. 

Menurutnya, saat ini khususnya generasi muda, lebih banyak yang mengidolakan Ustad-ustad medsos. Hanya karena ustad medsos sukses pencitraannya, meskipun banyak yang tidak jelas latar belakang pendidikannya.

Yang membuat ironi, lanjut Ketua PP PAGASNUSA, para ustad atau penceramah medsos, dianggap tokoh berpengaruh, panutan dalam berbagai bidang.

"Sehingga sering terjadi, dengan sengaja membrending, memviral tukang ceramah medsos, yang tujuannya setelah viral pasang tarif ceramah puluhan juta, untuk Sekali tampil di panggung. Dengan beragam acting dan settingan, penampilan dakwahnya. Anehnya banyak masyarakat yang mau mengundang," tutur doktor lulusan terbaik Universitas al-Qurawiyin Maroko itu. 

Kalau dulu, orang bisa disebut Ustad, apalagi kiai. Minimal 7 tahun belajar di pondok pesantren. Maka dengan semangat hari Santri. Publik harus kembali selektif, dalam memilih panutan, utamanya dalam konteks beragama, jangan tertipu pencitraan medsos.

Acara ini dijuga dihadiri  jajaran Syuriah& Tanfidziyyah PCNU dan Banom.  Serta Wakil Bupati, Kapolres Polman, Rektor, UNASMAN, jajaran Forkofimda.

Di penghujung acara, Gus Nasrul juga diminta, untuk meresmikan NU Mart di lokasi tersebut.(*)

 

Berita Terkini