Sebulan lalu, JM juga ditampar guru yang berbeda hingga giginya copot.
"Anak ini sudah dua kali dipukul, bulan lalu dipukul guru Bimbingan Konseling sampai giginya patah," ungkapnya.
Atas kejadian yang dialami anaknya, Hasrudin kemudian mendatangi sekolah.
Ia mempertanyakan mengapa anaknya harus dipukuli dengan kayu hanya karena tidak menyelesaikan catatan.
Padahal, menurut Hasrudin, ada hukuman lain yang bisa diberikan kepada anaknya, selain kekerasan fisik.
"Kalau dihukum bersihkan kelas, atau bersihkan toilet tidak jadi masalah."
"Karena itu juga bentuk pembinaan, tapi kalau dipukul dengan kayu, saya tidak terima," ungkap Hasrudin.
Tanggapan Kepala Sekolah
Terkait insiden tersebut, Kepala Sekolah Wa Ode Sarniarti mengaku menyesalkan adanya peristiwa pemukulan tersebut.
Ia memastikan akan bersikap netral dalam memediasi kasus ini.
"Saya menyesalkan dengan tindakan seperti ini dan saya pikir ini kejadian yang tidak patut dicontoh."
"Di sini saya tidak berpihak kepada siswa maupun sama guru, di sini saya netral untuk memediasi kejadian seperti ini," jelasnya.
Sarniarti mengaku tak mengetahui adanya peristiwa pemukulan yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya.
Ia baru mengetahui adanya insiden tersebut setelah mendapat laporan dari siswa.
Kepada Sarniarti, guru tersebut mengatakan, pemukulan yang dilakukannya tak ada unsur kesengajaan.