“Dalam demokrasi yang kita anut hari ini ternyata masih ngeri-ngeri sedap. Artinya bahwa rupanya kita terlampau cepat memilih sistem demokrasi.
Seharusnya, bangsa Indonesia menganut budaya musyawarah dan mufakat dalam pengambilan keputusan. Semua elemen masyarakat turut menyampaikan aspirasi dari golongannya,” ucapnya.
Menurut Bamsoet, keberadaan utusan golongan juga dinilai penting untuk mengurangi hegemoni partai politik, dan pemegangan kekuasaan yang diisi oleh segelintir orang dengan modal yang besar.
“Pemerintahan demokrasi ini jangan hanya diisi oleh mereka yang memiliki isi tas. Kalau sistem kita tidak diperbaiki, maka yang akan mengisi ruang legislatif di daerah-daerah adalah orang-orang yang memiliki modal kuat, atau dimodali oleh orang yang modalnya kuat,” ucapnya.
Dengan demikian, unsur utusan golongan di MPR menurut Bamsoet tak hanya merefleksikan kebhinekaan.
Sekaligus menjadi penjelasan kepada rakyat tentang terserapnya aspirasi semua golongan, dan terpenuhinya kesepakatan semua elemen bangsa yang berdaulat. (*)
Baca juga: Rakernas LDII 2023: Prabowo Subianto Tegaskan Indonesia Bisa Jadi Negara Ekonomi Terkuat ke-4 Dunia
Baca juga: Presiden Jokowi Buka Rakernas LDII 2023: Menuju Indonesia Emas 2045 Fokus SDM Profesional & Religius
Baca juga: Rakernas LDII 2023, Ketum LDII : Berkah Indonesia Miliki Keberagaman Agama, Budaya, Suku dan Ras
Baca juga: Musim Kemarau Berkepanjangan, Ketua DPP LDII Prof Rubiyo: Jangan Terpaku Beras Bisa Varietas Adaptif