TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Penggilingan padi tradisional di desa Pucangan, kecamatan Kartasura, kabupaten Sukoharjo masih terus beroperasi. Dalam sehari rata-rata bisa menghasilkan 1 ton beras hasil penggilingan padi atau rice miling.
"Dalam sehari bisa memproduksi satu ton beras," ujar Joko selaku pemilik penggilingan padi Mekar Tani, Senin (6/11/2023).
Penggilingan padi Mekar Tani menjual beras 12.500 per kilogram. Penggilingan padi tersebut sudah memiliki kios beras yang berada di Pasar Kartasura. Selain beras yang diproduksi, penggilingan tersebut juga menjual bekatul dan gabah kepada pengepul. Padahal harga beras di pasaran mencapai Rp 13.500 hingga Rp 14.500 per kilogram.
Kapasitas lapangan penggilingan padi tersebut dapat menampung gabah tiga ton dalam sekali jemur. Lama menjemur gabah selama dua hari. Saat cuaca panas penjemuran bisa maksimal.
Mereka bekerja sama dengan peternakan dan mengantarkan bekatul tersebut untuk dijadikan pakan. Per kilogramnya dibandrol dengan harga Rp 4.500. Sedangkan gabah dijual dengan harga Rp 7.000 per kilogram.
Walaupun masih dengan alat tradisional, Joko pemilik penggilingan padi Mekar Tani tersebut bisa memproduksi beras sebanyak itu dengan dibantu oleh tiga karyawannya. Ketiga karyawan tersebut berasal dari desa Pucangan yang masih berdekatan dengan tempat penggilingan padi Mekar Tani.
Alasan mengangkat karyawan yang masih berdekatan dengan tempat produksi beras miliknya adalah ingin membantu masyarakat desa tersebut untuk mengurangi pengangguran.
Dengan alat tradisionalnya Joko selaku pemilik produksi beras tersebut mengaku tidak banyak lagi yang menggunakan jasanya untuk menggiling beras dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
"Sekarang sepi, tidak seperti dulu. Mungkin kalah saing dengan bos-bos besar dengan mesin modern. Kami masih menggunakan mesin tradisional," kata Joko.
Dengan adanya mesin modern yang lebih canggih, maka masyarakat lebih memilih menggunakan mesin tersebut karena lebih praktis dan menguntungkan. Namun, Joko masih mempertahankan mesin tradisional untuk dapat bersaing dengan produksi beras lainnya yang sudah menggunakan mesin modern.
Berdiri tahun 2002, penggilingan padi Mekar Tani ini masih bisa mempertahankan eksistensinya. Jatuh bangun sudah pernah dihadapi oleh pemilik penggilingan padi tersebut. Sampai pernah hampir tutup, tetapi dengan perjuangannya Joko dapat mempertahankan penggilingan padi miliknya.
Hal tersebut menjadi pembelajaran bagi dirinya untuk tetap mempertahankan usaha miliknya dengan cara lebih selektif lagi kepada petani-petani yang ingin menjual padi mereka kepadanya. Karena memang padi yang diproduksi berasal dari petani-petani daerah sekitar tempat usaha tersebut. (Cintia Yuliani/Mahasiswa UIN Solo Magang Jurnalistik Tribunjateng.com)