Berita Semarang

Komitmen Pemkot Semarang Wujudkan Kota Daulat Pangan Lewat Program Pisang Legi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Komitmen pemerintah Kota Semarang mewujudkan kedaulatan pangan terus berlanjut. Kali ini, Pemkot Semarang melakukannya dengan menggelar program Pisang Legi atau Promosi Pangan Lokal Enak dan Bergizi.


Melalui slogan "Kenyang Gak Harus Nasi Beras", Pemkot Semarang mengajak masyarakat mengurangi ketergantungan terhadap beras sebagai makanan pokok.


Pemkot Semarang juga mengajak masyarakat memanfaatkan pangan lokal pendamping beras, sebagai menu makanan enak dan bergizi.


Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, makanan pendamping beras sudah memenuhi kebutuhan gizi tubuh. 


"Ini bagian dari konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA). Kita ingin mengajak masyarakat memanfaatkan pangan lokal non beras," katanya seusai masak Opor Singkong sebagai makanan pendamping beras di Simpanglima Semarang, Minggu (12/11/2023).


Menurutnya, program Pisang Legi adalah komitmen nyata Pemkot Semarang menjadi kota yang berdaulat pangan. Ita menuturkan, Kota Semarang memiliki banyak bahan makanan pendamping beras.


"Bagaimana Kota Semarang ini menjadi daulat pangan. Kami harap masyarakat semakin tahu, di luar beras dan terigu bisa terpenuhi gizinya. Bahan-bahan itu bahkan bisa kita peroleh dengan harga yang murah dibanding beras," jelasnya.


Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional, Sarwo Edhy mengapresiasi langkah Pemkot Semarang menuju kota berdaulat pangan. Menurutnya, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan kepada beras sebagai bahan makanan pokok.


"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk mengurangi nasi, tapi bukan berarti tidak konsumsi nasi ya, bukan. Kita mulai konsumsi pangan alternatif dari sumber pangan lokal," katanya saat menghadiri acara Pisang Legi di Simpanglima Semarang, Minggu (12/11/2023).


Ia juga menyoroti pola makan kelompok masyarakat yang terkesan menghamburkan nasi sehabis makan. Padahal, harga beras akhir-akhir ini cenderung mahal.


"Kepada masyarakat belanja secukupnya dan makan secukupnya. Jangan ada makanan yang terbuang percuma. Itu kita prihatin," tegasnya.


Ajakan konsumsi makanan pendamping beras juga bisa menjadi peluang bagi pelaku UMKM mengembangkan usaha. Menurutnya, bahan pendamping beras bisa diolah menjadi makanan bergizi dan mengenyangkan.


"Untuk pelaku UMKM ini juga bisa jadi peluang. UMKM industri pangan alternatif," ujarnya.


Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas, Andriko Noto Susanto menyebut program Pisang Legi bisa menjadi inspirasi program lain di bidang ketahanan pangan. 


Menurutnya, masyarakat perlu mencari alternatif mengurangi ketergantungan pada beras.

Halaman
12

Berita Terkini