TRIBUNJATENG.COM - Lama tak terdengar, mantan penyanyi cilik Chikita Meidy baru-batu ini menceritakan pengalamannya pernah menjadi korban bullying saat SD.

Bahkan karena dibully kakak kelasnya, Chikita sampai berhenti bernyanyi.

Pengakuan itu Chikita sampaikan saat menjadi bintang tamu dalam podcast yang dipandu oleh Ferdy Element pada Jumat (24/11/2023).

Baca juga: Gaya Hidup Anak Muda Terlilit Pinjol Disorot OJK, Sumarjono: Perlu Literasi Keuangan Digital

Aksi bullying itu terjadi saat pelantun tembang Kuku Ku tersebut bersekolah di SD Swasta Islam yang cukup terkenal di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Chikita mengaku jika sepatu hingga perlengkapan shalatnya dilempar ke atas genteng.

Mayat kecoak pernah dimasukkan ke dalam tasnya.

Ia juga pernah dijadikan sebagai pesuruh oleh kakak kelasnya.

Parahnya lagi, salah satu pembully adalah anak orang ternama saat itu.

Baca juga: Bayi Meninggal Setelah Foto Newborn, Klinik Alifa Tasikmalaya Akhirnya Buka Suara

Bahkan sekarang pelaku pembullyan tersebut sudah menjadi artis terkenal.

“Aku punya kakak kelas, yang lumayan keji sama aku. Jadi dia orang yang besar (terkenal) sekali kak. Bintang banget, pasti kaget, jadi aku dibully.

Jadi aku dibully, dulu tuh ada yang dagang tempura tapi jualannya di depan pagar sekolah.  Mereka (pembully) kelas 6 SD, di atas aku 2 tahun, ‘eh Chikita, bellin dong tuh nih gue kasih duitnya,” ucap Chikita menceritakan pengalamannya.

“Dia cewek, aku ngedrop karena geng dia selalu nge-bully ak. Jadi si kakak kelas punya cowok yang disukain, cowoknya suka sama aku. Geng yang dipimpin sama artis ini, yang suka bully aku, juga ikutan, ‘heh Chikita, jangan nyolot mentang-mentang artis, kan lo nggak laku lagi’,” ucap Chikita menirukan ucapan kakak kelas yang membullynya.

“Jadi aku dulu dibabuin terus sama kakak kelas. ‘Chikita beliin mie ayam dong’ sampai segitu,” lanjutnya.

Baca juga: Respons Nafa Urbach Dituding Gunakan Obat Keras: Wes Tuo Ra Nduwe Wektu Kakean Polah

Namun Chikita sendiri diajari oleh orangtuanya untuk tidak membalas perlakuan kakak kelasnya.

“Kenapa mental aku gambang banget iyain orang, tapi aku diajarin orangtua harus behave, enggak boleh balas,”