Menurut Letkol Purn Adi Imron Ismail, tantangan utama saat ini bukanlah intoleransi antara umat beragama, melainkan konflik internal di kalangan pemeluk agama sendiri.
Radikalisme, ekstremisme, dan terorisme cenderung muncul di kalangan pemuda, mahasiswa, ASN, dan BUMN.
Meskipun indeks radikalisme di Jawa Tengah mencapai 6,8 persen, lebih rendah dari rata-rata nasional 12,2 % , upaya deradikalisasi terus dilakukan.
Proses kaderisasi radikalisme, seperti diungkapkan dalam seminar, dimulai dengan ajakan kegiatan berkedok agama selama seminggu, diikuti dengan evaluasi untuk melihat ketaatan terhadap komunitas baru sebagai tanda keberhasilan merekrut individu ke dalam jaringan radikal.
Testimoni Eks-Narapidana
Seminar ini diakhiri dengan testimoni eks-narapidana, Baidlowi Rahman, yang pernah menjadi pengikut JI Jamaah Islamiyah.
Beliau ditangkap oleh Densus 88 pada tahun 2014 dan dibebaskan pada tahun 2019 setelah terlibat dalam perencanaan pemboman di beberapa tempat strategis di Solo, Klaten, dan Yogyakarta.
Kehadiran dan kerjasama seluruh peserta sangat diapresiasi oleh FKDM Provinsi Jawa Tengah dalam menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan sejahtera.
Semoga seminar ini dapat menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran kolektif terhadap bahaya radikalisme dan menjaga keutuhan NKRI. (*)
Baca juga: Di depan 1.000 Santri LDII, Jubir Menhan: Kyai Santri dan Pesantren Garda Terdepan Pertahanan Negara
Baca juga: Dukung Pemilu Damai 2024, DPD LDII Silaturahmi dengan Kapolres Purbalingga
Baca juga: LDII Ikut Deklarasi Elemen Masyarakat Jateng untuk Pemilu Damai 2024
Baca juga: Ketum LDII KH Chriswanto Ingatkan Kebebasan dalam Demokrasi Harus Dahulukan Kebajikan