Berita Nasional

Disinggung Soal Politik Dinasti di Yogya Oleh Ade Armando, Sultan HB X: Komentar Boleh Saja

Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Raja Kerajaan Belanda Willem-Alexander beserta istri, Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti dan rombongan melawat ke Keraton Kasultanan Yogyakarta, Rabu (11/3/2020) disambut Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta GKR Hemas.

 

TRIBUNJATENG.COM, YOGYA - Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, menanggapi pernyataan politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ade Armando yang menyinggung politik dinasti di Yogyakarta lewat unggahan video di media sosial pribadinya.

"Komentar boleh, komentar kok nggak boleh. Boleh saja. Hanya pendapat saya konstitusi peralihan itu kan ada, pasal 18B yang menyangkut masalah pengertian Indonesia itu menghargai asal-usul tradisi DIY, sehingga bunyi UU Keistimewaan itu juga mengamanatkan Gubernur (yakni) Sultan dan Wakil Gubernur Paku Alam, ya melaksanakan itu saja ya kan," ungkap Sri Sultan HB X saat ditemui awak media di Kompleks Kepatihan, Senin (3/12/2023) pagi.

Ngabekten Abdi Dalem Putri, memberikan sungkem kepada Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X atau Ngarsa Dalem di Tratag Kagungan Dalem Gedhong Prabayeksa. (Istimewa/Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarta)

Sekadar informasi, dalam UUD 1945 BAB VI Pemerintahan Daerah Pasal 18B ayat (1) berbunyi: Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.

"Dinasti atau tidak terserah dari sisi mana masyarakat melihatnya, yang penting bagi kita di DIY itu Daerah Istimewa, diakui keistimewaanya dari asal-usulnya dan menghargai sejarah itu, itu aja," imbuh Sri Sultan HB X.

Adapun dalam video yang diunggah 2 Desember 2023, Ade Armando merespon aksi demonstrasi aliansi mahasiswa berbagai universitas di Yogyakarta, yang salah satunya seruannya mengkritik politik dinasti. 

"Dalam aksi itu mahasiswa di Yogya menggunakan kaus Republik Rasa Kerajaan, ini ironis sekali karena mereka (mahasiswa) itu ada di wikayah yang jelas jelas menjalankan politik dinasti dan mereka diam saja," kata Ade. 

Aksi yang digelar pada 29 November 2023 di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret itu, mahasiswa menyoroti agenda reformasi yang mandek hingga dugaan politik dinasti yang diduga dijalankan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan putranya Gibran Rakabuming Raka pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. 

Dalam unggahan videonya, Ade Armando juga meragukan aksi gabungan yang diikuti antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI) itu. 

"Kalau mau melawan politik dinasti, politik dinasti sesungguhnya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang gubernurnya tidak dipilih langsung melalui pemilu, tapi karena garis keturunan," kata Ade. 

Ade lantas menyinggung sistem yang berlaku di Yogyakarta akibat adanya Undang Undang Keistimewaan Yogyakarta nomor 13 tahun 2012. Yang salah satu pembuat UU itu adalah Wakil Ketua Panitia Kerja DPR, Ganjar Pranowo, yang kini maju sebagai calon presiden. (*)

 

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Sri Sultan HB X Tanggapi Penyataan Ade Armando Soal Politik Dinasti di DIY

Berita Terkini