TRIBUNJATENG.COM, BANDUNG - Chepy Dwiki, anggota Samapta Polsek Cimaung, Bandung menjadi korban pengerooyokan Ormas yang berjumlah lima orang.
Padahal maksud Chepy baik yakni mau melerai saat Ormas tersebut ribut dengan seorang pengendara mobil box.
Ia dihajar secara membabi buta dan orang yang ada di lokasi pun tak berani menolong.
Sebenarnya Chepy membawa senjata api.
Tapi ia memutuskan tak menggunakan karena banyak orang dan ada juga anak kecil.
Berikut fakta lengkap peristiwa itu.
Baca juga: Investor ke IKN Jadi Perdebatan Mahfud MD dan Gibran, Benarkan Belum Ada yang Masuk? Ini Faktanya
Baca juga: Curhat Bocah SD yang Diperkosa 11 Anak Punk hingga Ibunya Syok dan Meninggal, Pendam 1 Cita-cita
Keempat tersangka anggota Ormas yang melakukan pengeroyokan kepada seorang anggota polisi di Jalan Raya Banjaran Soreang, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, mengaku tak tahu orang yang dihajarnya ternyata polisi.
Video pengeroyokan terhadap seorang polisi tersebut juga viral di media sosial.
Mereka terlihat membabi buta dan beringas saat mengeroyok, bahkan mereka terlihat mengancam orang yang ada di lokasi untuk tidak ikut campur.
Bahkan seorang pelaku tak segan memukul seorang pengendara sepeda motor, yang ada di lokasi itu saat kejadian.
Kapolresta Bandung, mengungkapkan pelaku pengeroyokan terhadap Chepy Dwiki yang bertugas unit Samapta Polsek Cimaung, sebanyak 5 orang.
"Kami sudah amankan 4 pelaku dan satu pelaku masih buron. Kami sudah masukan dalam daftar pencarian orang atas nama Ujang alias Kampeng (54), " kata Kusworo.
Adapun pelaku yang telah tertangkap, yakni TS (53) EH (21) DS (26), AS (27).
Kusworo mengatakan, pihaknya sudah terbitkan daftar pencarian orang, sudah disebar di seluruh Polres Polda Jabar, pihaknya juga akan mengirimkannya ke Mabes Polri untuk disebar ke seluruh kantor kepolisian di indonesia.
"Supaya bisa mengamankan yang bersangkutan dan menyerahkan diri, " ujar dia.
Saat ditanya Kusworo, keempat tersangka pengeroyokan tersebut, mengaku tak tahu bahwa yang dipukulinya merupakan polisi.
TS mengatakan, saat kejadian dirinya memukul bagian muka korban.
"Saya mukul muka, sama bagian kepala pakai helm, awalnya gak tahu dia polisi, " kata TS.
Begitu juga dengan AS, yang mengaku turut memukul muka korban.
"Sebelum tahu saya mukul, sesudah tahu saya lari," ujarnya.
Kusworo mengatakan, pada saat korban melerai, tidak diketahui bahwa itu polisi, segerombolan ormas tersebut melakukan pemukulan kepada polisi itu.
"Setelah jaketnya (korban) dibuka (diketahui menggunakan pakaian polisi) tapi ada satu orang yang terus melakukan pemukulan kepada anggota tersebut.
Jadi kata dia, walaupun sudah tahu bahwa yang bersangkutan adalah polisi, tapi tetap satu diantara pelaku masih melakukan pemukulan.
"Ia adalah Kampeng, yang kami sudah masukkan dalam daftar pencarian, " ucapnya.
Kronologi
Sebelumnya viral video seorang anggota Polisi dikeroyok oleh lima orang anggota Ormas, di Jalan Raya Banjaran- Soreang, di Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.
Ternyata di balik video viral tersebut, terdapat aksi heroik yang dilakukan Polisi ini, untuk melayani masyarakat.
Saat kejadian, polisi tersebut bertujuan untuk pulang ke rumahnya setelah melakukan pengamanan.
Ketika di Jalan melihat kondisi yang tak terduga, ia langsung turun berperan sebagai polisi.
Ia melerai beberapa anggota Ormas yang cekcok dengan pengendara mobil box, namun saat melerai, anggota Ormas tersebut tiba-tiba memukulnya dan mengeroyoknya.
Polisi tersebut, yakni Chepy Dwiki yang bertugas unit Samapta Polsek Cimaung.
Chepy mengaku, awal kejadian setelah ia melakukan pengamanan di PN Bale Bandung, Baleendah, saat di dalam perjalanan menuju rumahnya yang berada Soreang, tepatnya di Cangkuang melihat terjadi kemacetan lalulintas.
"Saat itu rencananya mau beli susu untuk anak, tapi melihat ada yang cekcok, saya hampiri untuk melerai, " kata Chepy, saat ditemui di Mapolresta Bandung, Jumat (22/12/2023).
Chepy mengatakan bermaksud melerai pertengkaran tersebut supaya kepadatan kendaraan tersebut bisa kembali terurai.
Memang, dia bukan Polantas namun melihat kondisi tersebut dirinya merasa terpanggil.
"Tapi saat saya melerai, tiba-tiba mereka memukuli saya," ujar dia.
Saat dirinya dipukuli, kata Chepy, orang- orang yang ada di situ tak ada yang membantu karena mungkin takut sebab ormas tersebut jumlahnya banyak.
"Selain itu juga mungkin mereka diancam jangan ikut campur, " katanya.
Mungkin pada saat itu, kata Chepy, mereka tak tahu dirinya polisi karena menggunakan jaket.
"Tapi setelah dibuka jaket, masih ada yang mukul saya, " ujarnya.
Chepy mengatakan, pada saat kejadian dirinya membawa senjata api, tapi tidak dipergunakannya.
"Saya sempat memegang senjata, tapi melihat situasi dan kondisi, di situ ada anak-anak, sehingga saya mengambil keputusan untuk tak menggunakannya, " kata dia.
Setelah buka jaket dan memegang senjata, kata Chepy, para pelaku melarikan diri, lalu dirinya langsung mengejar para pelaku.
Meski telah dikeroyok dengan membabi buta dan brutal oleh para pelaku, keberanian Chepy, dan integritasnya sebagai Polisi tak sirna.
Ia langsung mengejar para pelaku, meski sendiri dan badannya terasa sakit apalagi di bagian kepala karena dipukul helem.
"Saat mengejar ada Babinkantibmas, saya bilang kejar tangkap, lalu dibantu mengejar, " tuturnya.
Saat itu, kata dia, warga juga jadi berani membantu mengejar pelaku.
"Saat dikejar, satu mobil pelaku sempat menabrak motor, lalu menabrak trotoar, hingga ban mobilnya pecah, " kata Kusworo.
Sehingga kata Chepy, tersangka pertama bisa ditangkap, setelah itu dikembangkan dan yang lainnya tertangkap.
Adapun 4 tersangka yang telah diringkus, yaknibTS (53) EH (21) DS (26), AS (27).
Sedangkan satu lagu Ujang alias Kampeng masih dalam pengejaran.
Chepy mengatakan, akibat dikeroyok muka dan di bawah pelipis matanya mengalami luka.
"Yang paling terasa sakit, di bagian kepala karena dipukul dengan menggunakan helem, " kata Chepy.
Walau demikian, Chepy mengaku, tak dendam terhadap para pelaku.
"Sebab ini panggilan hati nurani, dalam menjalankan tugas sebagai polisi, " katanya.
Kapolresta Bandung, Kombes Pol Kusworo Wibowo, mengapresiasi apa yang telah dilakukan Chepy.
"Meski dia bukan polantas tapi melihat kondisi macet, ia langsung turun untuk mengurai kemacetan. Melihat ada yang cekcok ia berinisiatif melerai, " ujar Chepy.
Kusworo mengatakan, Chepy memiliki integritas yang tinggi sebagai polisi.
"Setelahnya pelaku ditangkap, ia juga tak dendam kepada mereka, " ucapnya.