Hasil tersebut diketahui berdasarkan rekapitulasi suara pileg Provinsi DIY yang disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dalam rapat pleno hasil Pemilu 2024 di Kantor KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3).
Sementara itu, Partai Gerindra sendiri meraih 76.088 suara untuk pileg di Provinsi DIY.
Perolehan suara partai yang dipimpin Prabowo Subianto itu berada di posisi kedua setelah PDI Perjuangan (PDIP) meraih 116.631 suara.
Selain itu, Partai Gerindra berada di urutan pertama dengan 172.949 suara.
Rapat pleno digelar di Kantor KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (10/3/2024).
Hasil rekapitulasi disampaikan langsung oleh Ketua KPU Provinsi Bangka Belitung Husin.
Adapun usai Partai Gerindra, PDIP menyusul di urutan kedua dengan perolehan 168.406 suara. Di posisi ketiga tampak Golkar dengan 115.549 suara.
Partai Gerindra juga disebut unggul di 5 Provinsi di tanah air. Daerah itu meliputi, Kalimantan Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
Meski begitu, teryata Partai Gerindra juga tergeser dominasinya di Jawa Barat. Sebab, Partai Golkar kini justru unggul di Jawa Barat.
Diketahui, Kontestasi Pemilu 2024 dinilai terjadi anomali politik. Sebab, hasil Pilpres nampaknya tidak linier dengan perolehan suara partai pengusung pasangan calon.
Kondisi ini setidaknya tergambar dari hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei.
Di mana, suara pasangan calon Prabowo-Gibran unggul dengan persentase kurang lebih 58 persen. Angka ini tidak linier dengan perolehan suara Partai Gerindra.
Partai besutan Prabowo Subianto itu berada di urutan ketiga di bawah PDI Perjuangan pada posisi teratas dan Partai Golkar di posisi kedua.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo memandang kondisi ini menggambarkan anomali politik.
“Jadi tidak ada pengaruh signifikan antara Pilpres dan Pileg,” kata Suko.