Ia sebetulnya telah lama memendam keinginan untuk membangkitkan kembali girah romantisme masa lalu itu.
Hanya saja perlu pertimbangan matang dari semua elemen yang terlibat.
"Kalau meniru aslinya sangat berat. Karena harus izin densus 88, Mabes TNI/Polri jika menggunakan bom udara, sehingga sangat berat untuk kami," katanya.
Gus Khammad lantas membuat terobosan dengan menggunakan kembang api sebagai gantinya.
Tradisi "Nyumet Dung" tahun ini, dimulai dari depan Masjid Agung Kauman Semarang.
Pasukan pawai yang terdiri dari santri, warga dan tim rebana berjalan menuju lapangan alun-alun Kauman Semarang.
Mereka akan berjalan dengan urutan pembawa dung berada di garis terdepan. Diikuti tim pembawa tiruan obor dan dua maskot Warak Ngendog di sebelah kanan-kiri barisan.
Di belakang tim pembawa dung, ada tim pembawa tiga pembawa tombak. Disusul musik islami rebana yang tergabung dalam komunitas penerbang di Masjid Agung Semarang.
Adapun penyalaan dung dilakukan di sisi barat alun-alun Kauman, setelah sirine buka puasa dari masjid dibunyikan.
"15 menit sebelum maghrib, iringan sudah berjalan ke arah alun-alun. Baru kemudian saat sirine bunyi, dung dinyalakan sebelum azan maghrib," tuturnya. (*)