TRIBUNJATENG.COM, YOGYAKARTA - Viral mahasiswa Filasafat Universitas Gadjah mada (UGM) diduga telah melakukan kekerasan seksual secara fisik dan verbal.
Video permintaan maaf pelaku pelecehan seksual tersebut viral di Media Sosial.
Video tersebut berisi pengakuan terduga pelaku pelecehan seksual.
Baca juga: Senin Esok Polisi Akan Periksa Saksi-saksi Dugaan Pelecehan Seksual Kakanwil Kemenag Sulbar
Di video tersebut tampak seorang pria meminta maaf karena melakukan kekerasan seksual baik secara fisik maupun verbal.
Pria tersebut menyebut korbannya berjumlah delapan orang.
Video permohonan maaf itu di antaranya dibagikan akun @sickandsuffer di media sosial X.
Karena terlalu cepat menyebut nama, akun tersebut memanggil pelaku dengan sebutan "Gabriel" bukan nama sebenarnya.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian, Kerjasama dan Alumni Fakultas Filsafat UGM, Iva Ariani mengaku mengetahui informasi tersebut dari media sosial.
"Kami baru tahu juga di media sosial. Terus pada prinsipnya Fakultas Filsafat, kita konsisten untuk penanganan kasus-kasus kekerasan seksual," ujarnya saat dihubungi, Senin (18/03/2024).
Iva menyampaikan sampai saat ini belum ada laporan yang masuk tentang pelecehan seksual. Termasuk belum ada laporan dari korban.
"Laporan tentang adanya korban dan lain sebagainya itu belum ada," ucapnya.
Mahasiswa Filsafat UGM yang diduga melakukan pelecehan seksual sudah dipanggil pihak kampus.
Pemanggilan ini untuk meminta keterangan dari yang bersangkutan.
Baca juga: Ini Kata Pelaksana Harian Soal Dugaan Pelecehan Seksual yang Dilakukan Kakanwil Kemenag Sulbar
"Kami tahu dari media sosial itu, ini kita menemui yang bersangkutan, kita ajak bicara kita ajak diskusi untuk menggali seperti apa sebenarnya," tandasnya.
Iva mengungkapkan UGM memiliki banyak kanal yang dapat dimanfaatkan untuk pelaporan.
Iva berharap mahasiswa yang mengalami pelecehan seksual untuk berani lapor.
"Pada prinsipnya kita malah mengimbau kepada seluruh mahasiswa kalau memang mengalami kekerasan seksual, pelecehan dan sebagainya UGM kan sudah punya banyak kanal untuk pelaporan. Diharapkan untuk berani melapor, berani berbicara sehingga penangannya lebih tepat," pungkasnya. (*)
Sebagian artikel ini sudah tayang di Kompas.com