TRIBUNJATENG COM, JAKARTA - Netizen ramai mempertanyakan kebijakan Amerika Serikat dua minggu sebelum serangan teroris di Moskow.
Seperti diketahui, terjadi serangan kelompok teror berseragam tempur di gedung konser musik Moskow, Rusia bernama Crocus City Music Hall.
Akibat serangan tersebut 12 orang tewas.
Dua pekan sebelum peristiwa itu, Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan bahwa dalam waktu dekat bakal ada serangan ekstremis di Moskow, Rusia.
Baca juga: Kate Middleton Akhirnya Mengakui Ia Sedang Tak Baik-baik Saja, Butuh Waktu untuk Bicara Jujur
Baca juga: 70 Persen Anggota DPR Sudah Move On, Hak Angket Kecurangan Pemilu 2024 Dinilai Tidak akan Terwujud
Pengumuman tersebut diterbitkan pada tanggal 7 Maret 2024.
Dalam pengumuman tersebut tertulis meminta warga negara AS untuk meninggalkan kota Moskow, Rusia dengan segera.
Peringatan tersebut muncul setelah dinas keamanan Rusia (FSB) yang juga penerus KGB menggagalkan rencana penembakan sebuah Sinagoge yang dilakukan Anggota ISIS Afghanistan.
"Warga negara AS harus menghindari pertemuan besar dalam 48 jam ke depan," tulis peringatan Kedubes AS.
FSB mengatakan sebuah sel ISIS yang beroperasi di daerah Kaluga, Rusia, sebagai bagian dari sayap bersenjata kelompok itu di Afghanistan, yang dikenal sebagai ISIS-Khorasan.
Kelompok ini ingin mendirikan kekalifahan di Afghanistan, Pakistan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan dan Iran.
Kelompok ini pertama kali muncul di Afghanistan Timur pada akhir 2014 dan dikenal sangat kejam.
Sel itu "sedang menyiapkan serangan terhadap jemaah sinagoge dengan menggunakan senjata api," kata FSB.
Para militan itu memberikan perlawanan pada pasukan khusus Rusia yang menanganinya dan berhasil "dinetralisir"dengan membalas tembakan mereka, kata FSB.
"Senjata api, amunisi, serta komponen-komponen pembuat bom rakitan ditemukan dan disita," kata FSB.
Peringatan dari Kedubes AS tersebut kemudian mendapat respon dari netizen di media sosial X (twitter).