TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Bukan hal sulit untuk mencari atau menemui pandai besi di Dukuh Bareng, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.
Terhitung ada 250 lebih warga di dukuh ini yang sehari-hari bekerja sebagai pandai besi.
Ada kisah tutur yang dipercaya oleh sebagian masyarakat setempat sehingga Desa Hadipolo sampai saat ini menjadi sentra perajin logam.
Kisah itu berangkat dari adanya sosok Empu Tingal.
Baca juga: PLN UP3 Kudus Pastikan Pasokan Listrik ke Pelanggan Tercukupi Selama Lebaran
Baca juga: Kebahagiaan Deni Karyawan PT Djarum Kudus Terima THR, Tunai Rp 1 Juta dan Sisanya Ditransfer
Dia dipercaya murid dari Sunan Muria yang merupakan salah satu sosok dari Walisongo penyebar Islam di Jawa.
Empu Tingal ini pada masanya merupakan seorang yang lihai mengolah besi menjadi senjata tajam.
Setelah tahu keberadaan sang Empu, Sunan Muria pun mengangkatnya menjadi murid.
Empu Tingal akhirnya diamanati untuk membuat senjata perang oleh Sunan Muria.
Keahlian Empu Tingal dalam mengolah logam pun diturunkan ke anak-cucu.
Dari situlah akhirnya sebagian warga Hadipolo percaya bahwa keahlian mengolah logam menjadi senjata tajam merupakan warisan keahlian dari nenek moyang mereka.
Ada bermacam olahan logam hasil produksi perajin di Desa Hadipolo.
Mulai dari cangkul, sabit, parang, sampai pisau.
Produk yang paling banyak dihasilkan oleh para perajin di Desa Hadipolo yaitu pisau.
Satu di antara perajin di Desa Hadipolo yaitu Sahri Baedlowi.
Lelaki 48 tahun ini sudah sejak 2000 menggeluti usaha menjadi seorang pandai besi.
Selama 24 tahun menjadi pandai besi produknya sudah merambah ke berbagai daerah di Tanah Air.
Bahkan dia pernah mengirim produk olahan logam miliknya ke mancanegara.
Keahlian Sahri dalam mengolah besi menjadi berbagai macam barang rumah tangga dilaluinya sejak dia masih duduk di bangku sekolah.
Bukan hal aneh, sebab di sekeliling rumahnya sangat mudah ditemui pandai besi.
“Setelah cukup bekal untuk membuka usaha sendiri akhirnya pada 2000 saya usaha sendiri."
"Dari situ saya mulai memasarkan produk logam hasil saya,” kata Sahri kepada Tribunjateng.com di kediamannya di RT 02 RW 01 Dukuh Bareng, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Selasa (2/4/2024).
Diakui Sahri produk olahan logam di Hadipolo yang paling diminati pasar yaitu pisau.
Biasanya memang pisau dapur.
Atau pesanan dalam jumlah banyak berupa pisau untuk suvenir pernikahan.
Meski demikian bukan berarti dia tidak bisa memproduksi hasil lain misalnya parang, cangkul, atau senjata tajam lainnya.
Baca juga: Sosok Pendekar Aceh Murid Sunan Kudus: Jika Penjahat Tak Mau Syahadat, Jenazah Dibiarkan di Pohon
Baca juga: Antisipasi Peredaran Uang Palsu, Polres Kudus Sidak Jasa Penukaran Uang Jalanan
Sahri mengaku produk olahannya selain sudah dibeli oleh warga lokal Kudus juga sudah beberapa kali dikirimkan ke kota lain, bahkan sampai luar negeri.
Beberapa kali dia mengirim pisau hasil produksinya ke Malaysia, Cina, dan Australia.
“Kalau ke Malaysia itu memang pisau dapur."
"Beberapa kali saya kirim ke sana."
"Kemudian ada juga yang ke Cina, itu pisau fillet ikan."
"Kalau ke Australia karena ada diaspora Indonesia yang di sana,” kata Sahri yang juga sebagai Ketua UMKM Logam Kudus ini.
Produk pisau hasil karya perajin di Hadipolo umumnya dihargai antara Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu.
Pisau-pisau ini biasanya yang dijual di pasaran lokal.
Sedangkan untuk pisau yang dijual sampai ke mancanegara yaitu jenis pisau premium.
Bahannya lebih tebal dan kualitas produknya juga lebih awet dan mengilap.
“Pisau yang dikirim ke luar negeri memang biasanya harganya yang Rp 100 ribu ke atas,” kata Sahri.
Suntikan Modal Melalui KUR BRI
Dalam menjalin usaha selama ini Sahri bukan tanpa aral melintang.
Beberapa kali dia diterpa dinamika termasuk para pandai besi yang lain.
Beberapa skema penyelamatan agar usaha produksi logam tetap berjalan pun dilakukan.
Termasuk mengakses suntikan modal dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.
Akses permodalan dari BRI tersebut dinilai sangat membantu.
Beberapa kali dia mengakses pinjaman tersebut untuk tambahan modal dan pengembangan usaha.
Termasuk saat Covid-19 hal itu bisa menjadi penyelamat usaha.
Baca juga: Stok Kebutuhan Pokok di Kudus Dipastikan Aman Sampa IIdu Ffitri
Baca juga: Tim Tanggap Cepat IMM UMP Berikan Bantuan bagi Korban Banjir di Demak dan Kudus
“Pelaku usaha logam dalam mengakses modal dari BRI memang sangat mudah."
"Selain itu bunganya juga ringan."
"Terakhir kami ambil untuk modal Rp 25 juta dari BRI dengan tenor 3 tahun,” kata dia.
Sementara Pimpinan Cabang BRI Kudus, Iman Indrawan mengatakan, hadirnya KUR dinilai sangat membantu para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Sebagai pihak perbankan Iman siap memfasilitasi para pelaku usaha yang hendak mengakses KUR.
Pasalnya kalau pelaku UMKM maju, pihaknya juga turut serta merasakan dampaknya.
Iman melanjutkan, KUR bisa dikatakan sebagai sekoci penyelamat bagi para pelaku UMKM.
Skema pinjaman tersebut bunganya disubsidi oleh pemerintah, makanya pelaku tidak merasa terbebani.
“KUR itu dana masyarakat juga."
"Dana masyarakat yang ditabung ke bank yang disalurkan dalam bentuk kredit itulah asal dana KUR itu."
"Yang membiayai bukan BRI bukan pemerintah, tapi masyarakat juga."
"Tugas BRI hanya menyampaikan KUR juga."
"Yang jelas tetap menggunakan analisis-analisis ketentuan yang berlaku baik di BRI maupun ketentuan yang dibuat pemerintah,” kata Iman. (*)
Baca juga: Timnas Indonesia: Nasib Nathan Tjoe-A-On Masih Abu-abu di Piala Asia U23 2024, Terkendala Izin Klub?
Baca juga: Penipuan Rekrutmen CPNS Kemenkumham Terungkap, Korban Warga Blora Merugi Rp 302,5 Juta
Baca juga: Pengurus POBSI Pati Kecewa, Anggaran Pembinaan Minim Padahal Sumbang 8 Medali Porprov
Baca juga: BREAKING NEWS, Persija Jakarta Dijatuhi Sanksi FIFA, Dilarang Daftarkan Pemain Baru