Sebagai Ketua DPRD Kudus, H Masan ingin persoalan sampah tuntas di tingkat desa segera mungkin. Jika perlu sampah selesai di tingkat RT dengan memberikan bantuan operasional dan pemberdayaan.
Sampah yang harus diselesaikan berupa sampah organik dan anorganik. Dengan cara disulap menjadi produk-produk yang mengandung nilai manfaat dan nilai ekonomi.
"Kami akan fokus satu desa dulu. Kami akan coba berikan bantuan keuangan untuk pembelian alat ini, biar nanti jadi contoh. Ketika itu sudah produksi dan berhasil, kita lihat kapasitasnya. Misal kapasitas dalam satu desa per hari bisa mengolah 6 ton, tinggal berkoordinasi dengan desa sekitar, sampah tetangga bisa diolah sekalian," tuturnya.
Masan berharap nantinya akan ada banyak titik pengelolaan sampah terintegrasi di masing-masing TPS desa untuk mengatasi sampah di Kabupaten Kudus.
Pemerintah daerah diminta untuk melakukan intervensi dengan memberikan bantuan keuangan bagi desa-desa yang sudah siap mengelola sampah secara mandiri.
Kepala Desa Prambatan Lor, Teguh Budi Handoyo menjelaskan, saat ini di TPS Prambatan Lor baru ada mesin pemilah dan pencacah sampah berkapasitas satu ton per jam.
Pihaknya membutuhkan mesin pencacah yang lebih besar dengan usulan enam ton sampah per jam.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya mengajukan pengadaan mesin packaging dan mesin pembuat pakan ternak berupa pelet.
Mesin pres atau packaging digunakan untuk mengemas sampah anorganik yang sudah dicacah menjadi barang yang bisa digunakan.
Sementara mesin pembuat pelet diharapkan bisa membantu warga Prambatan Lor dalam memenuhi kebutuhan pakan hewan ternak lebih mudah.
"Kami pemerintah desa sifatnya memfasilitasi. Selanjutnya pengelolaan sampah kami serahkan ke Bumdes," jelasnya.
Baca juga: RSUD dr Loekmono Hadi Kudus Kini Bisa Tangani Wasir Pakai Teknologi Laser
Teguh menyebut, sudah ada beberapa desa seperti Desa Bakalan Krapyak, Prambatan Kidul, Mijen, dan Garung Lor yang sudah berkoordinasi untuk bergabung dalam pengelolaan sampah.
Namun pihaknya belum bisa mengakomodir desa-desa sekitar, menunggu pengadaan alat selesai dan bisa dioperasikan.
"Kami ingin pengadaan alat yang nantinya bisa membantu kebutuhan masyarakat. Seperti contoh mesin pembuat pelet untuk pakan ternak ikan. Supaya produksi sampah mencapai 1,5 ton di Prambatan Lor jadi bermanfaat bagi masyarakat," terang dia. (Sam)