Terakhir, dilanjutkan dengan wawancara.
"Jujur, SMA Negeri 3 Purwokerto adalah satu-satunya sekolah negeri di Purwokerto yang tidak masuk top 1.000 sekolah dan terkenal dengan olahraganya."
"Jadi orang-orang cukup terkejut saya yang bisa masuk ke beasiswa persiapan ini," katanya.
Alivia menyebut, sempat ada sedikit rasa minder saat mengikuti seleksi.
Namun dia tak patah semangat dengan terus belajar.
Baca juga: Jalankan ESG Mission Bidang Pendidikan, AHM Adakan Bimtek AHASS TEFA Nasional di Jawa Tengah
Baca juga: 65 Pelajar SD-SMA di Kudus Terima Beasiswa Mentari Penunjang Pendidikan
"Melihat banyak sekolah top dari daerah lain juga membuat minder."
"Jadi yang saya lakukan adalah belajar."
"Mencari peluang untuk meningkatkan kualitas aplikasi pendaftaran saya ke universitas yang saya inginkan dan berdoa tentunya," kata dia.
Mental Alivia juga sempat down karena banyak orang yang mengatakan bahwa masuk kuliah di luar negeri lebih mudah dibanding dengan universitas di Tanah Air.
"Tapi setelah SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi)."
"Ternyata teman-teman dari beasiswa luar negeri ini juga banyak yang diterima di perguruan tinggi negeri top 3 dalam negeri," ungkap dia.
Alivia ingin kuliah di luar negeri karena melihat orang-orang di sekitarnya kuliah di luar negeri.
Namun kebanyakan, mereka kuliah jenjang S2.
"Kebanyakan orang di sekitar yang saya kagumi juga, kuliah di luar negeri seperti om dan tante saya, tapi S2."
"Dan kebanyakan orang yang kuliah di luar negeri pasti S2."