"Ini yang ingin sekali Pemkot Semarang atasi dan fokuskan, yaitu untuk mengubah limbah menjadi energi berupa bahan bakar minyak," bebernya.
"Mudah-mudahan bisa direplikasi, utamanya penggunaan bahan bakar untuk mesin diesel."
"Seperti petani menggerakkan hand traktor, menggerakkan combine hardvester, menggerakan mesin pemotong rumput yang membutuhkan bahan bakar setara solar," kata dia.
Dengan mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar setara solar, kata Tri, tentu akan membawa manfaat bagi petani dan nelayan.
"Seperti kata Bu Wali Kota."
"Tidak perlu menyediakan barcode untuk beli solar di SPBU, tapi bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya."
"Ini konsep ekonomi circular yang kami ciptakan," imbuh dia.
Senada, Budi Trisno Aji inisiator Bank Sampah Banjarnegara mengatakan, teknologi Faspol ini berawal dari kerja sama dengan BRIN.
"Awalnya, kami hanya mampu mengolah 50 kilogram sampah plastik dan menghasilkan 50 liter BBM Petasol."
"Namun sekarang sudah bisa mengolah 400 kg sampah dan menghasilkan 400 liter per hari," ujar Trisno.
Dia mengaku jika teknologi tersebut diterapkan di satu kawasan Bank Sampah yang dikelola warga secara mandiri.
Bank Sampah tersebut berlokasi di Jalan Karangjambe Rt 02 Rw 02, Desa Kasalib, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara.
"Petasol yang kami hasilkan dari sampah plastik itu digunakan masyarakat sekitar, petani untuk gilingan padi, traktor dan yang lain itu lewat komunitas bank sampah," imbuhnya.
Baca juga: Sistem PPDB Kota Semarang 2024 Bongkar Total, Ini Aturannya
Baca juga: Kerja Sama Sido Muncul dan Stikes Telogorejo Semarang: Selenggarakan Penelitian Tanaman Obat Herbal
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyambut baik inovasi BBM setara bio solar dari sampah plastik tersebut.
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita ini menyebut, akan mengimplementasikan hasil riset BRIN ini sebagai upaya mengurangi sampah plastik.