Hamas vs Israel

PBB Setujui Resolusi Gencatan Senjata Usulan AS, Pembebasan Sandra dan Penarikan Pasukan dari Gaza

Editor: abduh imanulhaq
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang diambil pada 6 Mei 2024 menunjukkan asap mengepul menyusul pengeboman di timur Rafah di Jalur Gaza selatan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borell pada tanggal 6 Mei mengutuk perintah Israel agar warga Palestina yang tinggal di Rafah timur meninggalkan kota Gaza menjelang serangan darat yang diperkirakan akan terjadi. (AFP)

TRIBUNJATENG.COM, NEW YORK -- Dewan Keamanan PBB pada Senin (10/6/2024) menyetujui resolusi yang dirancang AS untuk mendukung rencana gencatan senjata di Gaza.

Teks resolusi tersebut disahkan dengan 14 suara setuju dan Rusia abstain.

Isi resolusi DK PBB itu menyambut baik proposal gencatan senjata yang baru, menyatakan bahwa Israel telah setuju, dan menyerukan kepada Hamas untuk juga menyepakatinya, serta “mendesak kedua pihak untuk sepenuhnya melaksanakan semua ketentuan tanpa penundaan dan tanpa syarat".

Amerika Serikat, sekutu setia Israel, bagaimanapun telah dikritik secara luas karena telah memblokir beberapa rancangan resolusi PBB sebelumnya yang menyerukan gencatan senjata di Gaza. Namun, Presiden AS Biden akhir bulan lalu meluncurkan upaya baru AS untuk mengamankan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

“Hari ini kami memberikan suara untuk perdamaian,” ujar Duta Besar AS, Linda Thomas-Greenfield, setelah sidang PBB, sebagaimana dikutip dari AFP.

"Hari ini Dewan ini mengirimkan pesan yang jelas kepada Hamas: terimalah kesepakatan gencatan senjata yang ada di atas meja. Israel telah menyetujui kesepakatan ini dan pertempuran dapat berhenti hari ini jika Hamas melakukan hal yang sama," tambahnya.

Sambut Baik

Hamas sendiri pada Senin menyatakan bahwa mereka “menyambut baik” hasil pemungutan suara tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, mereka mengaku siap bekerja sama dengan para mediator dalam menerapkan prinsip-prinsip rencana itu.

Namun, para pejabat Hamas sebelumnya bersikeras bahwa kesepakatan gencatan senjata apa pun harus menjamin berakhirnya perang secara permanen, tuntutan yang telah dengan tegas ditolak oleh Israel.

Dalam proposal tersebut, Israel akan menarik diri dari pusat-pusat populasi Gaza dan Hamas akan membebaskan para sandera.

Gencatan senjata akan berlangsung selama enam minggu, dan akan diperpanjang karena para negosiator berusaha untuk mengakhiri permusuhan secara permanen.

“Teks itu tidak sempurna. Tapi ini menawarkan secercah harapan bagi Palestina, karena alternatifnya adalah pembunuhan dan penderitaan yang berkelanjutan," jelas Duta Besar Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama.

Setelah pemungutan suara, Diplomat Israel Reut Shapir Ben Naftaly menekankan bahwa “perang akan berakhir” hanya jika “tujuan Israel tercapai”, termasuk pembebasan sandera dan pelenyapan Hamas.

“Penolakan Hamas untuk membebaskan para sandera melalui jalur diplomasi telah membuktikan bahwa upaya untuk membawa pulang para sandera kami juga harus mencakup cara-cara militer,” katanya.

Halaman
12

Berita Terkini