Wawancara Khusus

WAWANCARA : Sudirman Said Siap Maju di Pilkada DKI Jakarta  Saya Enggak Punya Masalah dengan Anies

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sudirman Said usai menghadiri Wisuda Sarjana Terapan ke 3 dan Wisuda Ahli Madya ke 15 PHB Tegal, Rabu (9/10/2019).

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Nama Menteri ESDM periode 2014-2016 Sudirman Said mencuat sebagai salah satu bakal calon yang akan maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024.

Dirman, sapaan akrabnya, mengaku telah berkomunikasi dengan beberapa partai politik untuk menjajaki peluang maju menjadi calon gubernur Jakarta.

"Kalau saya dianggap memenuhi syarat, kemudian diberikan kepercayaan dari partai-partai dan dicalonkan, Insyaallah kita tunaikan kepercayaan itu," kata Sudirman Said dalam wawancara eksklusif bersama Tribunnews di Jakarta, Selasa (11/6).

Meski pada saat yang sama ada nama Anies Baswedan yang juga digadang-gadang akan kembali maju di Pilgub DKI, Sudirman mengaku itu bukan soal. Ia menegaskan hubungannya dengan Anies Baswedan tak ada masalah.

Lantas apa yang melatarbelakangi hingga Sudirman Said meneguhkan tekadnya untuk maju di Pilgub DKI meski nanti harus bersaing atau berebut tiket dengan Anies? Berikut wawancara lengkapnya:

Apa kesibukan Anda saat ini setelah kemarin selesai menjadi Timses Anies-Muhaimin?

Kembali mengajar, tapi banyak kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kepemimpinan, kita terus jalankan.

Dari kabar yang berkembang di publik, Anda akan maju di Pilgub Jakarta?

Pasti atau enggaknya (maju Pilgub, red) itu tergantung partai politik. Karena saya kira semua orang, kecuali Pak Ridwan Kamil ya, belum ada satu pun nama yang memperoleh tiket secara resmi dari partai-partai. Kecuali Kang Emil sama satu yang sudah mendaftar lewat jalur independen, Pak Dharma. Yang lain masih punya kesempatan yang sama, tergantung nanti keputusan partai politik.

Jadi kalau nanti saya dianggap memenuhi syarat, kemudian diberikan kepercayaan dari partai-partai dan dicalonkan, Insyaallah kita tunaikan kepercayaan itu.

Bicara Pilgub DKI, kabarnya Anies Baswedan juga akan maju. Apa yang terjadi? Apakah antara Anda dan Anies sudah pecah kongsi?

Di PDIP juga banyak nama yang dimunculkan. Di antara mereka juga teman baik. Di Golkar misalnya juga ada tiga nama yang dimunculkan. Ada Kang Ridwan Kamil, ada Mas Erwin Aksa, ada juga Pak Zaki Iskandar.

Jadi menurut saya itu bukan hal yang perlu dipertanyakan, karena semuanya punya kans. Apalagi kami (Sudirman dan Anies, red) kan bukan orang partai. Jadi bebas-bebas aja. Jadi kembali pada tadi mengenai maju tidaknya tergantung pada kesempatan politik.

Hubungan kami (Sudirman dan Anies, red) baik-baik aja, enggak ada masalah. Karena kami sejak lama sekali bersahabat, saling support dalam berjuang dan menghadapi, ini kan sebetulnya seperti public call ya.

Saya sering mengulang-ulang bahwa berpolitik itu bukan agen everybody. Jadi saya mempertimbangkan atau memutuskan untuk maju atau tidak itu bukan karena saya ingin sesuatu.

Tapi karena kawan-kawan, karena partai-partai memberikan kesempatan. Jadi di antara partai mengatakan 'coba Pak Dirman dipertimbangkan. Kalau Anda berminat'. Beberapa partai malah mengatakan 'dulu kan kami pernah usung Anda di Jawa Tengah, apakah mau kembali ke Jawa Tengah atau mempertimbangkan di arah lain.'

Jadi wajar saja kalau kemudian saya menempuh jalan ini sebagai panggilan publik.

Memangnya partai apa saja yang sudah mendekati Anda untuk maju di Pilgub Jakarta?

Saya tidak bisa mengatakan spesifik, tapi saya bisa melogiskan begini. Pada waktu Pilpres lalu saya kan membantu Pak Anies, Pak Muhaimin, dan berinteraksi dengan tiga partai.

Ada Nasdem, PKB, dan PKS. Tapi sebelumnya juga kita kan berproses dengan Partai Demokrat. Keempat-empatnya punya hubungan yang baik. Apakah hubungan baik itu akan membuahkan dukungan? Itu sesuatu yang harus kita kelola bersama-sama.

Terus waktu Pilpres 2019, saya membantu Pak Prabowo. Kemudian saya juga dicalonkan oleh Gerindra sebagai calon anggota DPR. Kemudian juga oleh Gerindra dan PKS dan PKB dan PAN sebagai calon gubernur 2018. Itu juga hubungan dengan mereka baik-baik saja.

Atau kalau kita balik agak mundur, 2017 kita membantu Pak Anies. Itu juga partainya juga partai yang kita juga punya hubungan yang baik. Jadi semua perjalanan itu Insyaallah menghasilkan persahabatan, pertemanan, yang ketika ada kebutuhan seperti ini tentu kita jaga aja semuanya.

Nah sekarang di antara seluruh partai, apa yang sudah memberikan signal? Ada beberapa tapi saya kira kita harus hormati.

Bocoran warna partai juga enggak bisa disebut ya?

Jadi kalau persahabatan atau hubungan ini membuahkan dukungan atau membuahkan satu mandat, kita jalankan. Cuma kan begini, tidak mungkin saya mempertimbangkan ini semua atau melangkah sejauh ini kalau tidak ada sinyal-sinyal kalau kemungkinan itu ada.

Jadi saya melihat sebagai satu proses yang sehat saja. Kan waktunya masih panjang karena kan pendaftaran pada bulan Agustus. Sekarang masih awal Juni. Ya pendek tapi tetap masih ada waktu untuk terus saling melihat berbagai kemungkinan.

Apakah sudah bicara dengan Anies terkait niat Anda maju Pilkada Jakarta?

Obrolan spesifik belum, tapi saya kira pada tataran sesama orang dewasa kita kan saling tahu aja gitu.

Kembali saya kira Pak Anies juga melihat ini sebagai satu proses yang, ini proses publik. Jadi saya kira beliau tidak ambil ini sebagai satu personal matters atau dianggap ada gangguan hubungan antara pribadi, enggak lah.

Mengapa memilihnya maju di Pilgub DKI, bukan di Pilgub Jawa Tengah lagi?

Saya juga ditanya kenapa enggak memikirkan kembali ke Jawa Tengah. Ya, dengan guyon saya mengatakan kan sudah pernah mencoba di Jawa Tengah. Dan menurut saya Jawa Tengah itu biarkan diurus orang yang punya basis politik kuat di sana, itu satu.

Nah, Jakarta mengapa menjadi tantangan menarik? Karena menurut Undang-undang nomor 2 tahun 2024, Jakarta akan mengalami perubahan besar. Dari yang semula Ibu Kota Negara, nanti kalau PP atau Perpresnya keluar akan menjadi kota yang bukan lagi Ibu Kota. Tapi punya status yang luar biasa tuh. Jadi pusat ekonomi, pusat bisnis, pusat jasa, pusat kebudayaan dan jangan lupa bahwa pada tahun 2045 setelah 100 tahun Merdeka, 70 persen warga kita akan tinggal di kota.

Karena itu kalau Jakarta bisa didorong menjadi role model, menjadi satu pattern bagaimana kota dibangun saya kira kan baik.(tribun network/mam)

Baca juga: PDIP Rekomendasikan Anies Baswedan untuk Diusung di Pilgub DKI Jakarta, Benarkah?

Baca juga: Viral Siswi SMP Jakarta Olok-Olok Palestina, Disdik: Akan Dibina

Baca juga: Wakil Ketua KPK Alexander Marwata Bantah Janjikan Tangkap Harun Masiku dalam Seminggu

Baca juga: Gilbert Agius: Pemain Asing Rekrutan Anyar PSIS Semarang Gabung 22 Juni 2024

Berita Terkini