Berita Bisnis

Ngalap Berkah Musim Haji dan Liburan Sekolah, Pengusaha Oleh-Oleh Jateng: Kena Imbas Positif

Penulis: Idayatul Rohmah
Editor: raka f pujangga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana toko oleh-oleh khas Tanah Suci di kawasan Kauman, Semarang.

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pengusaha oleh-oleh di Jawa Tengah mengalap berkah dari berlangsungnya dua momentum bersamaan, yakni musim haji dan liburan sekolah baik libur Idul Adha maupun libur jelang tahun ajaran baru 2024/2025.

Ketua Asosiasi Pengusaha Oleh-Oleh (Aspoo) Jawa Tengah, Trisila mengatakan, pengusaha oleh-oleh Jawa Tengah memperoleh efek positif dari momentum ini, utamanya saat musim haji di mana oleh-oleh khas daerah telah menjadi buruan jemaah haji.

Baca juga: Video H+1 Lebaran Pusat Oleh-oleh Semarang Dipadati Pemudik, Jason Siapkan 1 Ton Bandeng per Hari

"Produk-produk yang ada korelasi dan produk-produk khas daerah itu yang dicari jemaah untuk dibawa ke Arab Saudi sebagai bekal. Misalnya jenang kudus untuk di pesawat, kemudian ada yang bawa lumpia Semarang, dan sebagainya.

Ibaratnya mereka 35 hari di sana pasti rindu makanan-makanan Indonesia, itu cukup mendorong. Jadi (pengusaha oleh-oleh) kena imbas positifnya.

Kalau untuk oleh-oleh pulang haji, (banyak dicari) oleh-oleh yang masuk toko oleh-oleh haji seperti kurma, kacang arab, dan berbagai suvenir," kata Trisila saat dihubungi Tribun Jateng, Jumat (21/6/2024).

Dia menjelaskan, di tengah momentum ini pengusaha oleh-oleh telah meningkatkan produksi.

Hanya, meski merasakan efek positif di musim ini pihaknya tak berani meningkatkan produksi hingga berkali lipat.

"Kami sudah meningkatkan produksi untuk persiapan, tapi juga tidak berani ambil risiko karena ini liburan sekolah saatnya anak masuk sekolah. Jadi secara hitung-hitungan, orang juga perlu biaya untuk ini.

Jadi kami tetap meningkatkan stok produksi, namun tidak signifikan," jelasnya.

Adapun dia menyebutkan, rata-rata para anggota meningkatkan produksi 30-40 persen dari normal.

Menurutnya, berdasarkan tren yang ada, peningkatan permintaan saat libur kenaikan kelas terjadi tidak signifikan.

"Kondisi saat ini rata-rata kami tingkatkan sekitar 30-40 persen, karena secara umum teman-teman rasakan memang wisata ramai. Hanya ekonomi agak melambat, sehingga daya belinya (yang kurang).

Kalau biasanya, peningkatan jelang lebaran itu yang tinggi, bisa 200 persen dari hari biasa," jelasnya.

Sementara itu, Trisila menyebutkan, para anggota pun telah memperkuat pasokan oleh-oleh di berbagai tempat oleh-oleh terutama di tempat wisata dengan trafik pengunjung tinggi.

"Biasanya di daerah wisata seperti Semarang itu di Kota Lama dan Pandanaran. Kemudian juga di daerah seperti Solo, Purwokerto, serta kota-kota dengan destinasi wisata ramai lainnya," imbuhnya.

Halaman
12

Berita Terkini