TRIBUNJATENG.COM, PURWOREJO - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberi alasan terkait peringatan potensi gempa besar dan tsunami di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Adalah gempa Megathrust dengan magnitudo 8,7 patut diwaspadai lantaran juga menimbulkan tsunami
Purworejo salah satu wilayah di Jateng masuk dalam zona potensi gempa megathrust.
Baca juga: Suami Bunuh Istri Hamil 2 Bulan di Rumah Kontrakan Jakarta Timur
Baca juga: Pangandaran Diguncang Gempa M 5,1 Tadi Malam
Hal ini dipertegas oleh BMKG dengan pernyataan data potensi tersebut diklaim atas dasar kesepakatan dari hasil kajian dan penelitian para ahli.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan hasil kajian dan penelitian yang sudah disepakati oleh para ahli, Purworejo merupakan salah satu zona potensi gempa dan tsunami di pesisir selatan.
Hal ini disebabkan karena terdapat sumber gempa megathrust yang berpotensi bisa mencapai kekuatan 8,7 magnitudo.
“Kami berpesan agar tidak boleh lengah dengan adanya potensi ini."
"Karena terdapat potensi gempa bumi besar dan tsunami yang karateristiknya low frequency high impact,” paparnya beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Bupati Purworejo, Yuli Hastuti menyebutkan, Purworejo sebagai daerah rawan gempa megathrust karena letaknya di pesisir pantai selatan Jawa.
Hal itu disampaikan Bupati saat membuka Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami di Desa Girirejo, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo pada Rabu (19/6/2024).
Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan bahwa berdasarkan indeks risiko bencana 2023, Kabupaten Purworejo berada pada ranking 7 Jawa Tengah dan ranking 278 nasional.
Dimana Kabupaten Puworejo memiliki wilayah pantai sepanjang 25 kilometer, membentang dari perbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo hingga Kebumen.
“Keberadaan pantai di Purworejo yang menghadap langsung Samudera Indonesia itu sangat berpotensi terjadinya bencana, khususnya tsunami, yang biasanya terjadi setelah adanya gempa bumi."
"Apalagi di pesisir pantai selatan Jawa ada ancaman gempa megathrust yang bisa diikuti tsunami,” ungkapnya seperti dilansir dari Kompas.com, Kamis (20/6/2024).
Launching Peta Evakuasi Tsunami
Dijelaskan Bupati, berdasarkan kajian ilmu pengetahuan, sebagian besar jenis bencana yang terjadi kecuali gempa bumi, biasanya masih dapat diketahui sebelumnya.
Namun demikian, realitas yang terjadi menunjukkan bahwa kejadian bencana selalu saja memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian, baik harta benda maupun jiwa.
Dalam kesempatan ini, Bupati juga me-launching peta evakuasi tsunami Desa Girirejo.
"Sekolah ini digelar sebagai salah satu upaya antisipasi dalam menghadapi kemungkinan bencana serta dapat meminimalisir terjadinya korban dan pada saat tanggap darurat bencana dapat dilakukan cepat, tepat, efektif, serta efisien," kata Yuli.
Tampak hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Stasiun Geofisika Bajarnegara Hery Susanto Wibowo, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Kepala Balai Besar Wilayah 2 BMKG Hartanto, Plt Kalakhar BPBD Kabupaten Purworejo Dede Yeni Iswantini, Forkopimcam Ngombol, dan unsur terkait lainnya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Bajarnegara Hery Susanto Wibowo menambahkan, maksud dari Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami Kabupaten Purworejo Tahun 2024 adalah penguatan UPT BMKG dan BPBD serta para stakeholder dalam memahami rantai peringatan dini gempa bumi dan tsunami.
"Selain itu juga membangun sikap tanggap gempa bumi dan tsunami bagi masyarakat dan sekolah, serta mewujudkan masyarakat siaga tsunami yang diakui secara nasional maupun secara internasional," kata Hery.
Gempa Jember
Peringatan gempa besar dan tsunami diberikan kepada warga Jember, Jawa Timur.
Sejarah masa lalu, Jember pernah terjadi gempa besar dan tsunami yang mengakibatkan 56 rumah hanyut dan tenggelam.
Hal ini disampaikan Bupati Jember Hendy Siswanto saat memberikan peringatan bahaya gempa dan tsunami di sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Jember.
Hendy mengatakan Jember merupakan tempat bertemunya lempeng Asia dan Australia.
Sedangkan di sisi selatan Jember terdapat titik atau lingkaran merah yang termasuk pusat gempa.
“Itulah yang menjadi faktor tingkat kerawanan gempa tinggi yang juga dapat menimbulkan tsunami,” ujar Bupati Hendy usai memimpin apel kesiapsiagaan bencana, di Alun-alun Kecamatan Puger, Selasa 28 Mei 2024.
Ia menambahkan, Kabupaten Jember pernah terdampak tsunami yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 1994.
Saat itu, gempa berkekuatan 7,9 skala richter mengguncang Banyuwangi dan mengakibatkan tsunami setinggi 13,9 meter.
Guncangan terasa hingga ke Kabupaten Jember saat itu, mengakibatkan 56 rumah warga hanyut dan tenggelam di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Jember, sedangkan di Puger 57 perahu rusak.
“Kita mempunyai risiko tinggi di sepanjang garis pantai yang ada di Jember, oleh karena itu saya harap masyarakat pesisir untuk terus waspada,” imbaunya.
Hendy menegaskan Pemkab Jember konsisten menyosialisasikan kesiapsiagaan bencana dan melatih masyarakat tangguh bencana.
Potensi daerah di selatan Jawa bagian barat dan tenggara Sumatera berpotensi alami gempa bumi hingga M 8,9.
Tak hanya itu, dalam pemodelan menunjukkan gempa di zona tersebut bisa memicu tsunami hingga 34 meter, melebihi ketinggian tsunami Aceh 2004.
Hal tersebut berdasarkan penelitian terbaru dan diungkapkan Pepen Supendi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) dan peneliti postdoctoral di University of Cambridge.
”Hasil penelitian kami tentang potensi gempa dan tsunami akibat megathrust di selatan Jawa (bagian) barat dan tenggara Sumatera baru saja diterbitkan di jurnal Natural Hazards,” kata Pepen yang menjadi penulis pertama laporan ilmiah ini, dikutip dari Kompas.id, Selasa (1/11/2022).
(*)