Ia mencontohkan beberapa kasus yang pernah terjadi beberapa pejabat ada yang mengalami sendiri tersebut.
Contohnya seperti camat, mantri hutan, mandor hutan yang diakuinya jadi bagian dari mitos tersebut entah hilang jabatan atau meninggal.
"Namun ada fakta lain bahwa nyatanya pak Wakil Bupati Banjarnegara pak Samsudin, tahun 2000an alhamdulilah selesai sampai masa jabatan dan pernah mengadakan pengajian juga di sana dan selamat-selamat saja dan tidak ada apa-apa," terangnya.
Ia mengatakan artinya siapa yang berani silahkan saja lewat atau berkunjung.
Namun ia tidak memungkiri kalau pantangan atau kepercayaan itu tetap ada sampai sekarang.
Terkait adanya isu dengan adanya mitos tersebut pembangunan di Dusun Simpar menjadi terganggu itu adalah tidak benar.
"Tidak benar kalau terkendala dan tidak ada yang berani kesana. Alhamdulillah tidak ada kendala, dan selalu ada yang memantau lansung. Malah kita sedang buat jalan, bedah rumah juga teratasi. Cuma kadang saya tidak kesana, karena menurut sesepuh desa, saya supaya jangan lewat sana dulu, tapi tetap saya kontrol dan lepas tangan," terangnya.
Lestanto mengaku harus memutar arah terlebih dahulu atau secara sederhananya mencari jalur lain yang biasa dia lakukan.
Tetapi ia memastikan pembangunan tidak berpengaruh. Pembangunan tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Ia menceritakan sebelumnya ada perbaikan 4 rumah yang memerlukan bantuan alat.
Karena ada PNS yang bertugas, maka abdi negara tersebut tidak berani melewati dusun tersebut.
Akhirnya pihak desa mengambil inisiatif menyelesaikan dan ditugasi orang lain agar selesai.
Dusun Simpar merupakan daerah perbukitan yang kondisi jalannya naik turun. Dampak dusun tersebut sangat asri, banyak pepohonan dan sungai yang alami.
Jumlah penduduk masih sedikit dan tampak rumah warga tidak berdekatan satu dengan lainnya.
Akses jalan menuju Dusun Simpar juga dalam kategori cukup bagus.