Namun ia tidak memungkiri kalau pantangan atau kepercayaan itu tetap ada sampai sekarang.
Terkait adanya isu dengan adanya mitos tersebut pembangunan di Dusun Simpar menjadi terganggu itu adalah tidak benar.
"Tidak benar kalau terkendala dan tidak ada yang berani kesana.
Alhamdulillah tidak ada kendala, dan selalu ada yang memantau lansung.
Malah kita sedang buat jalan, bedah rumah juga teratasi. Cuma kadang saya tidak kesana, karena menurut sesepuh desa, saya supaya jangan lewat sana dulu, tapi tetap saya kontrol dan lepas tangan," terangnya.
Kades harus memutar arah terlebih dahulu atau secara sederhananya mencari jalur lain yang biasa dia lakukan.
Tetapi ia memastikan pembangunan tidak berpengaruh.
Pembangunan tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Ia menceritakan sebelumnya ada perbaikan 4 rumah yang memerlukan bantuan alat.
Karena ada PNS yang bertugas, maka si PNS tersebut tidak berani melewati dusun tersebut.
Akhirnya pihak desa mengambil inisiatif menyelesaikan dan ditugasi orang lain agar selesai.
Dusun Simpar merupakan daerah perbukitan yang kondisi jalannya naik turun.
Dampak dusun tersebut sangat asri, banyak pepohonan dan sungai yang tampak alami.
Jumlah penduduk masih sedikit dan tampak rumah warga tidak berdekatan dengan akses jalan sudah cukup bagus.
Soal ada anak yang berambut gimbal alami yang hidup di kampung Simpar salah satu kampung terpencil di atas perbukitan.