Es mencatat suhu minimum hanya -3,3C, dengan es paling dingin pun menjadi 2C lebih hangat daripada suhu udara tahunan rata-rata.
Namun, tidak semua mayat yang muncul dari bawah es adalah karena krisis glasial yang cepat.
Beberapa dari mereka juga muncul karena pergerakan Gletser Khumbu, kata pendaki gunung.
"Karena pergerakan Gletser Khumbu, kami dapat melihat mayat dari waktu ke waktu," kata Tshering Pandey Bhote, wakil presiden Asosiasi Pemandu Gunung Nasional Nepal.
"Karena pemanasan global, lapisan es dan gletser meleleh dengan cepat.
Mayat-mayat yang tetap terkubur selama bertahun-tahun kini menjadi terbuka," kata Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal yang Tribunjateng.com lansir dari www.bbc.com.
"Tapi kebanyakan pendaki siap secara mental untuk menemukan pemandangan seperti itu."
Tim patroli Everest menuturkan, tim patroli memang kerap beroperasi mengeluarkan mayat-mayat pendaki dalam es.
Biasanya ditemukan sekitar 3 atau 4 jenazah.
"Saya sendiri telah mengambil sekitar 10 mayat dalam beberapa tahun terakhir dari berbagai lokasi di Everest.
Jelas semakin banyak dari mereka yang muncul sekarang."
Sebelumnya pada tahun 2017, tangan seorang pendaki muncul di atas tanah di Camp 1.
Operator ekspedisi mengatakan mereka lantas mengerahkan pendaki profesional dari komunitas Sherpa untuk menggerakkan pencarian mayat berikutnya.
Pada tahun yang sama, tubuh lain muncul di permukaan Gletser Khumbu.
Gletser Khumbu atau Air Terjun Khumbu ini adalah tempat sebagian besar mayat bermunculan.
"Tangan dan kaki mayat telah muncul di base camp juga dalam beberapa tahun terakhir," kata seorang pejabat organisasi non-pemerintah yang aktif di wilayah tersebut.
"Kami telah memperhatikan bahwa level es di dan sekitar base camp telah turun.
Itulah sebabnya mayat-mayat itu bermunculan, keluar dari es." (tribunjateng.com/jen)