Berita Jakarta

Optimisme Pemangkasan Suku Bunga Topang Rupiah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga menujukkan uang NKRI pecahan baru sesuai antre penukaran di mobile konter Bank Indonesia di Blok M, Jakarta Selatan, Senin (19/12/2016). Bank Indonesia (BI) hari ini meluncurkan 11 uang rupiah Emisi 2016 dengan gambar pahlawan baru. Peluncuran uang rupiah baru ini dilakukan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah ditutup menguat terhadap dolar AS pada Rabu (31/7).

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot menguat 0,25 persen ke level Rp 16.260 per dolar AS.

Sementara di Jakarta Interbank Spot, Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat 0,15 persen ke posisi Rp 16.294 per dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, fokus pasar akan tertuju pada sinyal potensial pemangkasan suku bunga, menyusul beberapa pembacaan inflasi yang lemah dan komentar dovish dari pejabat Fed.

“Konsensus umum sebagian besar mendukung pemangkasan 25 basis poin pada bulan September mendatang,” katanya, dalam riset harian, Rabu (31/7).

Menurut dia, data PMI menunjukkan sektor manufaktur Tiongkok menyusut selama 3 bulan berturut-turut hingga bulan Juli.

Sementara pertumbuhan non-manufaktur China melambat. Kedua kabar tersebut turut menekan mata uang Asia terhadap dolar AS.

Dari dalam negeri, Ibrahim menuturkan, lembaga pemeringkat S&P kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating atau peringkat utang Indonesia pada BBB, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024.

S&P meyakini bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid dengan ketahanan eksternal dan beban utang pemerintah yang terjaga, didukung kerangka kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel.

Kemudian, S&P memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 3-4 tahun ke depan akan tetap terjaga sekitar 5 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi itu didorong permintaan domestik yang tetap kuat, serta belanja pemerintah dan investasi swasta yang meningkat.

“Tak hanya itu, inovasi strategi operasi moneter yang pro-market dengan penggunaan instrumen berbasis pasar dinilai semakin meningkatkan fleksibilitas kebijakan moneter,” jelasnya.

Pada sektor fiskal, Ibrahim menyatakan, S&P memandang pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara itu, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin menyatakan, pergerakan dolar menjelang regular meeting di akhir Juli ini, tepatnya Rabu malam diperkirakan tidak mengubah suku bunga.

Tetapi, ia berujar, pasar akan menyoroti bagaimana pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Fed Jerome Powell soal pemangkasan yang akan dimulai September mendatang.

Nanang menyebut, perihal pemangkasan suku bunga menjadi hal yang negatif terhadap pergerakan mata uang dolar AS. Ia memproyeksi dolar AS akan melemah seiring dengan semakin dekatnya potensi pemangkasan tersebut.

Halaman
12

Berita Terkini