Pembunuhan Ismael Haniyeh

Presiden Iran Masoud Pezeshkian Bersumpah akan Membuat Israel "Menyesali" Pembunuhan Ismael Haniyeh

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masoud Pezeshkian, presiden terpilih Iran, mencium bunga saat berkampanye di Teheran, Iran, 3 Juli 2024.

TRIBUNJATENG.COM, TEHERAN -- Iran melantik presiden barunya, Masoud Pezeshkian, Selasa (30/7). Politikus reformis sekaligus dokter bedah jantung itu berjanji, pemerintahannya akan terus berusaha mencabut sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat akibat program nuklir Teheran yang kontroversial.

Pezeshkian menyampaikan pidato perdananya sebagai presiden setelah dilantik dalam sebuah upacara yang digelar di gedung parlemen di Ibu Kota Iran, Teheran.

Dia menyatakan, dirinya menganggap normalisasi hubungan ekonomi Iran dengan dunia sebagai hak Iran yang tidak dapat dihilangkan.

“Saya tidak akan berhenti berusaha mencabut sanksi-sanksi yang menindas ini,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Pezeshkian yang baru dilantik murka atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, ibu kota Iran.

Dia bersumpah akan membuat Israel "menyesali" pembunuhan tersebut.

"Republik Islam Iran akan mempertahankan integritas teritorial, kehormatan, kebanggaan, dan martabatnya, serta membuat para penyerbu teroris menyesali tindakan pengecut mereka," kata Pezeshkian dalam sebuah postingan di media sosial X, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7).

Dia menyatakan berduka atas kepergian Haniyeh yang disebutnya sebagai "pemimpin yang pemberani".

Dukungan Khamenei

Sebelumnya, pada Minggu (28/7), Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara resmi mendukung Pezeshkian, mendorongnya untuk memprioritaskan negara-negara tetangga, Afrika dan Asia, serta negara-negara yang telah “mendukung dan membantu” Iran dalam kebijakan luar negerinya.

Pezeshkian, yang sebelumnya telah lama menjadi anggota legislatif, memenangkan Pilpres Iran pada Juli lalu. Pemilu dini digelar, setelah presiden sebelumnya, Ebrahim Raisi, tewas dalam kecelakaan helikopter, pada Mei lalu.

Pezeshkian diberi waktu dua pekan untuk membentuk kabinetnya untuk pengambilan mosi kepercayaan di parlemen.

Sanksi itu telah menghantam ekspor minyak Iran yang sangat penting, menghalangi transkasi di jaringan perbankan internasional dan memicu inflasi, yang pada saat ini telah mencapai 40 persen.

Dolar dipertukarkan pada angka 584.000 rial Iran, membuat nilai mata uang negara itu anjlok. Ketika perjanjian nulir bersejarah tercapai dengan negara-negara adidaya dunia, satu rial setara dengan 32.000 dolar.

Mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik AS dari perjanjian nuklir Iran pada 2018. Iran sendiri telah melakukan perundingan tidak langsung dengan pemerintahan Biden, meski tidak ada kemajuan yang jelas terkait pengekangan program nuklir Teheran maupun pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran.

Iran berkukuh bahwa program nuklirnya bertujuan damai dan ditujukan untuk memproduksi listrik dan radioisotop untuk pengobatan pasien kanker, bukan senjata nuklir. (kps/Tribunnews)

Baca juga: Pertemuan Prabowo-Erdogan Bahas Serangan Israel ke Palestina

Baca juga: TKI Tewas dengan 20 Luka Tembak di Perkebunan Sawit Malaysia

Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Sambut Prabowo di Istana Kremlin

Baca juga: Hari Ini Jenazah Haniyeh Akan Dimakamkan di Qatar

Berita Terkini