Berita Jakarta

IHSG Berpeluang Rebound, Sentimen Eksternal Picu Pasar Modal Ambruk 3,4 Persen

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang karyawan melihat pergerakan harga saham pada layar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, beberapa waktu lalu.

Padahal, ia berujar, data ekonomi domestik terbaru relatif solid. Realisasi pertumbuhan ekonomi berada di 5,05 persen yoy di kuartal II, lebih tinggi dari ekspektasi di 5 persen yoy.

Selain itu, dia menambahkan, eskalasi konflik sejauh ini justru memicu kenaikan harga batubara yang relatif menguntungkan bagi Indonesia. “Selama harga minyak masih berfluktuasi di kisaran 80 dolar AS per barel, belum ada dampak negatif langsung ke Indonesia,” tuturnya.

Nurwachidah masih melihat peluang technical rebound IHSG ke kisaran 7.100-7.120 pada perdagangan Selasa (6/8). Tepatnya, support ada di level 7.000 dan resistance di 7.120, dengan pivot 7.050.

Alasanya, data domestik Indonesia yang masih solid, meskipun kondisi ekonomi global sedang bergejolak. “Saham-saham yang dapat diperhatikan fokus pada saham defensif, di antaranya MYOR, AMRT, MAPI, INDF dan KLBF,” jelasnya.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina mencermati, sebenarnya dari awal Agustus 2024 pasar global sedang dilanda aksi jual oleh investor.

Hal ini berkaitan dengan gejolak yang terjadi di Jepang dan rilis data makro ekonomi Amerika Serikat (AS) yang sayangnya tidak terlalu bagus. Misalnya, data ISM Manufacturing PMI AS berada 46,8 poin.

"Data US Non Farm Payroll yang paling rendah dalam tiga bulan terakhir, ini di bawah ekspektasi sehingga ada pihak yang menilai The Fed agak terlambat kalau menurunkan suku bunga di September," katanya, Senin (5/8).

Sementara, gejolak yang terjadi di Jepang sendiri disebabkan oleh adanya kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan. Ini membuat yen mengalami apresiasi dalam waktu singkat.

"Penguatan yen sangat ditakutkan pelaku pasar. Kalau seperti ini, akhirnya terjadi aksi jual pada perusahaan industrial yang kuat di ekspor," jelasnya.

Meski demikian, ia menilai, secara keseluruhan dampak aksi jual yang terjadi di Bursa Efek Indonesia tidak terlalu besar. Pasalnya, IHSG tidak pernah terbang tinggi seperti indeks bursa lainnya.

"Dalam dua setengah tahun terakhir IHSG tidak kemana-mana, market lain turun karena sudah naik kencang, sehingga wajar kalau ada koreksi, tapi aksi jual di BEI ini sementara," terangnya. (Kontan/Pulina Nityakanti/Yuliana Hema)

Baca juga: Siap-siap PLN Lakukan Pemeliharaan Jaringan Pemadaman Listrik 4 Jam Hari Ini Selasa 6 Agustus 2024

Baca juga: Cek Sekarang, Daftar Harga BBM Pertamina Hari Ini Selasa 6 Agustus 2024 di Seluruh Wilayah Indonesia

Baca juga: Belum Terpecahkan, Misteri Kematian Mary Reeser di Florida 1951: Jasad Jadi Abu, Apartemen Utuh

Baca juga: Atlet Panjat Tebing, Angkat Besi dan Balap Sepeda Harapan Medali Olimpiade

Berita Terkini