TRIBUNJATENG.COM - Sorang anak pahlawan kemerdekaan hingga kini masih tinggal di bunker bekas perang.
Bukan karena ia tidak punya tempat tinggal, namun karena ia lebih merasa nyaman tinggal di situ.
Bukan tanpa alasan, wanita bernama Endang Supatmiati yang kini berusia 68 tahun itu memang lahir di bunker tersebut.
Baca juga: Israel Siapkan Bunker Khusus untuk Netanyahu di Tengah Ancaman Iran
Baca juga: INFOGRAFIS: Megawati dan SBY kompak tidak bisa hadir dalam upacara kemerdekaan di IKN
Endang tinggal di bunker bekas perang di Jalan Rajawali, Krembangan, Surabaya.
Bunker tersebut merupakan tempat yang direbut orang tua perempuan 68 tahun tersebut dari tentara Belanda.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, bungker perang itu terletak di kantor Korps Cacat Veteran Republik Indonesia (KCVRI) Surabaya.
Tepatnya, berada di tengah area perkampungan.
Endang mengaku sudah menempati bungker tersebut sejak lahir sekitar tahun 1956.
Sebelumnya, dia tinggal bersama kedua orang tuanya yang dulunya merupakan veteran perang.
Ayahnya yang bernama Mustamin Tutut Wardoyo merupakan seorang Kapten TNI Angkatan Darat (AD).
Sedangkan ibunya, Sumiati, merupakan perawat di Rumah Sakit Pegirian, Surabaya.
"Orang tua, bapak sama ibu dulunya tinggal di sini (bunker). Terus ada saya anak nomor empat dan delapan saudara," kata Endang ketika ditemui di bunker Jalan Rajawali, Rabu (14/8/2024).
Terlihat dari luar, bunker tersebut memiliki pintu besi dengan ukuran lebar sekitar 1 meter dan tinggi 2 meter.
Selain itu, ada dua buah lubang berukuran 55 sentimeter di dinding.
Kemudian, ada tangga menurun ketika baru membuka pintu dalam bunker tersebut.
Hanya terlihat dua ruangan di dalamnya, satu untuk kamar tidur dan sisanya dapur dan tempat barang.
"Saya tinggal di sini sendiri, semua saudara sudah punya rumah, di sebelah ada bunker lagi ditempati sama sepupu."
"Tapi semua yang di komplek sini (KCVRI) keluarga veteran," jelasnya.
Endang mengungkapkan, bunker tersebut sebelumnya ditempati oleh pihak Belanda, sekitar tahun 1945.
Akhirnya, tempat itu direbut oleh ayahnya yang merupakan tentara Indonesia.
"Ketemunya dulu bapak sempat tertembak musuh di matanya, diobati sama ibu."
"Terus bapak merebut komplek ini dari Belanda, dia menikah sama ibu dan tinggal di sini sampai punya anak," ujarnya.
Sebenarnya Endang sudah mempunyai rumah di daerah Benowo, Surabaya.
Namun, dia mengaku lebih sering tinggal di bunker tersebut karena merasa nyaman.
"Enak di sini (tinggal di bunker), kalau siang Surabaya kan panas, tapi di bunker ini lebih dingin, mungkin karena di bawah tanah. Terus kadang kalau ada tamu ya saya suruh tidur di sini," ucapnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Anak Veteran Lebih Senang Tinggal di Bunker Bekas Perang Kemerdekaan di Surabaya"