TRIBUNJATENG.COM, TEMANGGUNG – Coklat menjadi makanan favorit banyak kalangan, terutama anak-anak karena rasanya yang manis.
Peluang ini ditangkap oleh Trahjas Coklat, UMKM di Kabupaten Temanggung, yang memproduksi olahan coklat berbahan dasar biji kakao.
UMKM Trahjas Coklat terinspirasi dari Wisata Edukasi Kampung Coklat di Blitar, Jawa Timur.
Sang pemilik, Nurul Arifin, kemudian mencoba membuka tempat serupa dengan panduan Kampung Coklat Blitar.
Pada tahun 2018, Trahjas Coklat bekerja sama dengan Institute Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta untuk mendirikan wisata edukasi kakao yang mencakup industri coklat di Bawen, Semarang.
Saat itu, tempat ini ramai dikunjungi anak-anak sekolah yang ingin melihat langsung proses pembuatan coklat, dengan kunjungan mencapai 200-300 anak per hari.
Namun, pandemi COVID-19 membuat wisata edukasi ini berhenti beroperasi.
Nurul Arifin kemudian membawa konsep industri tersebut ke kampung halamannya di Temanggung, dan dari sinilah usaha UMKM Trahjas Coklat dimulai.
Trahjas Coklat memproduksi dua jenis coklat: coklat couverture dan coklat compound.
Coklat Couverture dibuat menggunakan biji kakao asli dari petani lokal Temanggung.
Proses produksinya meliputi fermentasi biji coklat, pengeringan, roasting, hingga pengolahan di mesin ball mill untuk mendapatkan tekstur yang diinginkan.
Karena proses yang rumit dan bahan baku yang mahal, coklat jenis ini dijual dengan harga lebih tinggi.
Coklat Compound, di sisi lain, menggunakan cocoa butter substitute (CBS) yang berasal dari fraksi inti minyak sawit.
Prosesnya lebih sederhana dengan menggunakan bubuk coklat dan minyak coklat, yang kemudian diolah di mesin ball mill dan dibiarkan mengeras sebelum dicetak dan dikemas.
Jenis coklat ini adalah yang paling banyak diproduksi oleh Trahjas Coklat.