Sempat Berkomunikasi
Sementara rekan korban, Al mengaku almarhum sebelum dibacok para gangster nongkrong di kosnya wilayah Gunungpati sekitar pukul 23.00. Bahkan dirinya sempat menawarkan ke almarhum tidur di kosnya.
"Karena besok saya mau mengajar saya tawari tidur di kos. Namun almarhum memilih pulang. Saya selalu bilang ke teman-teman saya kalau mau pulang hati-hati dan kabar-kabar," tuturnya.
Menurutnya, Tirza tidak seperti biasanya saat main di kosnya. Tirza pun lebih banyak diam dan tidak bergurau.
"DIa senang bercanda ibarat pelawak dalam tongkrongan. Orangnya lucu dan asyik. Tapi ini diam saja," kata dia,
Dikatakannya, Tirza merupakan anak pertama di keluargannya. Temannya itu sangat diandalkan di dalam keluarga.
"Karena di rumah itu sama mbah, bapak, ibu, dan adiknya. DIa (Tirza) yang diharapkan di rumah," ujarnya.
Dia terkejut saat mendapat kabar temannya itu dibacok gangster. Sekitar pukul 02.55 dirinya langsung menuju tempat kejadian perkara.
"Saya mengajak dua teman saya. Saya takut Tirza terkena begal," tuturnya.
Sesampainya di lokasi kejadian, Al masih sempat berkomunikasi dengan Tirza selama setengah jam. Bahkan Tirza meminta air minum.
"Orang tuanya menghubungi saya untuk menjaga Tirza dan membawa ke rumah sakit. Tetapi ambulance datangnya lama. Saya mau angkut pakai mobil polisi tidak diperbolehkan. Korban sempat bilang ambulan mana-mana. Minta air minum tapi tidak boleh," tuturnya.
Ia menilai ancaman hukuman yang dikenakan pelaku tidak setimpal. Sebab korban merupakan harapan keluarga.(rtp)