Sebagai pegiat seni budaya, Agus Gondrong sangat serius mengembangkan seni budaya Desa Campurejo. Terbukti, saat ini ada 37 kelompok seni budaya di Desa Campurejo seperti kuda lumping, marching band, hadroh, topeng ireng, calung, dangdut, santri jawa dan lainnya yang eksis di desa itu.
Keseriusan Agus Gondrong dalam pengembangan seni budaya Campurejo terlihat dari dukungan penuh anggaran kegiatan. Semua kelompok seni budaya Campurejo dibelikan alat kesenian, seragam hingga mendatangkan pelatih khusus agar cepat berkembang.
Hasilnya, kelompok seni budaya Campurejo kini menjadi duta budaya kebanggaan warga Temanggung dan terkenal hingga nasional. Tahun 2022 lalu, kesenian kuda lumping Campurejo menjadi juara pertama tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Agus juga didaulat menjadi penasihat kesenian Kuda Lumping Kabupaten Temanggung. Agus adalah inisiator pemberian bantuan alat-alat kesenian untuk pengembangan seni budaya desa yang bersumber dari Bantuan Provinsi Jawa Tengah.
4. Sumber Daya Manusia Berpendidikan
Saat awal menjabat sebagai kepala desa tahun 2007, Agus Gondrong merasa prihatin dengan sumber daya manusia Campurejo. Pasalnya, tak lebih dari 15 orang warga desanya yang lulusan SMA. Mayoritas, hanya lulusan SD bahkan banyak yang tidak mengenyam pendidikan.
Dampak dari itu, pernikahan dini atau kawin bocah marak terjadi. Untuk mengatasi hal itu, Agus Gondrong membuat regulasi larangan pernikahan dini dan getol sosialisasi tentang wajib belajar kepada masyarakatnya. Hasilnya, selain kawin bocah dapat dicegah, ratusan anak-anak Campurejo kini berhasil lulus SMA bahkan puluhan lainnya menyandang gelar sarjana.
5. Desa Pertama yang Miliki Ambulans Gratis LazisNU
Dari ratusan desa di Temanggung, Campurejo adalah desa pelopor pelayanan kesehatan pada masyarakat. Campurejo menjadi desa pertama di Temanggung yang memiliki fasilitas ambulans gratis bantuan LazisNU untuk masyarakat.
Terdapat dua ambulans gratis yang melayani masyarakat Campurejo selama 24 jam. Jarak desa Campurejo dengan RSUD Temanggung yang sangat jauh membuat masyarakat kesulitan untuk pergi berobat. Jika dulu warga harus membayar Rp300.000-Rp500.000 untuk biaya transportasi ke rumah sakit, kini mereka bisa hemat biaya karena fasilitas itu telah disediakan secara gratis di desa.
6. Inisiator Pemberian Insentif Kematian, RT/RW dan Guru
Sejak tahun 2009, Agus Gondrong memberikan insentif kematian pada warganya. Setiap keluarga yang berduka, desa hadir memberikan insentif sebesar Rp1,5 juta. Insentif itu berasal dari pengelolaan dana sosial yang berasal dari gotong royong masyarakat.
Selain itu, Agus juga memberikan insentif kepada seluruh ketua RT/RW, guru ngaji, linmas, guru TK dan lainnya.
7. Membuat Jalan Usaha Tani dan Bantuan Alsintan
Sebagai daerah agraris yang masyarakatnya berprofesi sebagai petani, sector ini menjadi perhatian serius Agus Gondrong selama menjadi kepala desa. Ia membangun jalan usaha tani, jalan ke ladang-ladang yang awalnya hanya jalan setapak menjadi lebar dan memudahkan masyarakat mengangkut bibit, pupuk serta hasil pertanian. Sepanjang 10 kilometer lebih jalan usaha tani buatan Agus Gondrong kini dirasakan betul manfaatnya oleh masyarakat sebagai penunjang sektor ekonomi.