TRIBUNJATENG.COM, KARIMUNJAWA -- Seniman batik, Amrih Basuki, menggelar pameran batik tulis berpewarna alam, dengan motif yang bertolak dari keindahan alam dan flora/fauna Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.
Pameran digelar dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional, 2 Oktober, sekaligus sebagai wujud keprihatinan atas kerusakan lingkungan yang mengancam Karimunjawa.
Pameran bertajuk “Eksotika Karimunjawa” tersebut akan berlangsung selama sepekan, mulai Rabu (2/10) hari ini hingga 10 Oktober mendatang, di Kedai Kopi Kang Putu, Kampung Gebyok, Gunungpati Kota Semarang.
Pameran akan dibuka, pada Rabu malam ini, diawali diskusi “Batik Tulis Perwarna Alam: Ekspresi Seni dan Kesadaran Ekologi”, dengan pemantik Edhie Prayitno Ige dari Batik Semarang 16 dan Gunawan Budi Susanto (penulis/pegiat lingkungan).
Amrih merupakan seniman batik asal Kota Semarang. Sejak 2011, dia mulai menekuni proses pembuatan batik, khususnya batik berpewarna alam. Interaksinya dengan Kepulauan Karimunjawa, membuatnya tertarik untuk mengabadikan dalam wujud batik.
Amrih menyatakan, bercita-cita membuat 100 desain batik dengan tema “Kremun-kremun Series”, yang terinspirasi keindahan alam dan kekayaan biota Karimunjawa.
“Belasan lembar batik yang saya pamerkan ini merupakan bagian dari 100 desain tersebut,” kata Amrih kepada Tribun Jateng, Selasa (1/10).
Dia mengungkapkan, inspirasi desain berasal dari kekayaan flora fauna Karimunjawa, mulai dari rumput laut (Eucheuma spinosum), jelamun atau lamun (Cymodocea rotundata), hingga tanaman endemik Karimunjawa, seperti setigi (Pemphis acidula), kalimasada (Cordia subcordata), dan dewandaru (Eugenia uniflora L.).
Dia juga membuat desain yang bertolak dari fauna khas Karimunjawa, antara lain ikan baronang (Siganus Sp.), barakuda (Sphyraena barracuda), burung toyang atau camar (Anous stolidus), dan ular edor (Calloselasma rhodostoma). Dia juga mengabadikan jukung, perahu bugis, dan gugusan Kepulauan Karimunjawa.
Kondisi Kepulauan Karimunjawa yang ‘tidak baik-baik saja’, terutama berkaitan dengan kerusakan lingkungan, kian menguatkan Amrih untuk membuat batik ‘Kremun-kremun Series’. Dia prihatin atas kerusakan yang masif di Karimunjawa, mulai dari limbah tambak udang, penangkapan ikan semprotan pesti sida dan bom ikan, hingga kerusakan karang karena coral bleaching.
Seluruh batik dalam “Eksotika Karimunjawa” merupakan batik tulis dengan pewarna alam. “Kenapa pewarna alam? Karena, menurut saya, bahannya lebih murah, sedangkan hasilnya lebih eksotis dan ramah lingkungan,” kata Amrih, yang pada 2015-2020 pernah terlibat sejumlah workshop batik berpewarna alam di Karimunjawa. (amp)
Baca juga: Tanggapan Sekolah SMAN 3 Kota Pekalongan atas Kasus Pelecehan Seksual Verbal oleh Oknum Guru
Baca juga: Pengakuan Siswi SMAN 3 Kota Pekalongan: Saya Ditanya tentang Ukuran Bra dan Warna Celana Dalam
Baca juga: Pembubaran Diskusi di Kemang, 30 Polisi Diperiksa Propam Polda Metro Jaya
Baca juga: Alasan Kenapa Aplikasi Temu Asal China Ditakutkan Masuk Indonesia