"Saya balik naik ke atas, saya berhenti di suatu jalan, lihat-lihat sekitar, mulai hujan saya berteduh, tiduran sampai malam," sambung Naomi.
Akhirnya dia tidur di atas batu dengan posisi duduk dan kepala bersandar menunduk ke depan di atas treking pol.
Baca juga: SMK 3 Semarang Kirim Pramuka Membantu Evakuasi Naomi di Gunung Slamet
Terpikir keluarga
Saat terbangun sekira pukul 06.30 pada Senin (7/10/2024), dia melihat ada gundukan tanah di depan batu itu.
Dia tak menghiraukan hal itu dan menikmati suasana matahari terbit di atas gunung.
Lalu dia melihat burung yang seakan memberi petunjuk.
Saat diikuti, burung itu tak membawanya keluar.
Beruntung, Naomi masih memiliki persediaan 6 potong roti sobek dan sisa air mineral dalam botol 1,5 liter.
Setiap hari dia hanya melahap 1 potong roti untuk bertahan di sana.
"Sehari makan satu potong, karena saya tidak tahu berapa lama di sana."
"Pukul 16.00 hujan, Senin (7/10/2024) saya berhenti berteduh, kepala bersandar di pohon, bangun pukul 20.00," beber dia.
Lalu dia melihat sorotan senter tanpa suara saat beristirahat di bawah pohon.
Namun dia tidak berani untuk mencari sumber cahaya dan memilih beristirahat.
Selama tersesat, dia terus memikirkan keluarganya dan anak-anak didik yang diajar di sekolah minggu di gereja.
Dia juga terus berdoa pada Tuhan agar diberi petunjuk.