Reza berharap jika ada pihak di satwil Polres Konawe Selatan mengabaikan komitmen Kapolri dalam penanganan kasus ini, maka perlu disanksi dan edukasi sekaligus.
"Jika ada pihak-pihak di satwil Polri setempat yang abai akan komitmen Kapolri tadi, dan langsung memroses Bu Guru tersebut dengan litigasi, perlu disikapi dengan sanksi dan edukasi sekaligus," katanya.
Reza berharap agar polisi menerapkan restorative justice dalam kasus ini. Bahkan, dia bakal menyumbang keluarga korban jika memang merasa dirugikan.
"Kalau perlu penggalangan dana untuk mengganti kerugian yang dialami korban, saya siap berkontribusi atas nama anak-anak saya. Insya Allah," pungkasnya.
Kronologi Guru Honorer di Sultra Ditahan
Dikutip dari Tribun Sultra, berdasarkan keterangan dari Kapolres Konawe Selatan, AKBP Febry Sam, kasus ini berawal ketika D ditanya oleh ibunya, N, terkait luka yang berada di paha bagian belakang pada 25 April 2024.
D mengaku luka tersebut akibat terjatuh saat pergi ke sawah bersama ayahnya, Aipda WH.
Keesokan harinya, N menanyakan kepada Aipda WH terkait luka di tubuh D ketika akan dimandikan.
Lantas, Aipda WH pun kaget dan langsung bertanya ke korban terkait luka yang dimaksud N.
Selanjutnya, terduga korban mengaku telah dipukul SU di sekolah pada 24 April 2024.
Aipda WH dan N pun lantas mengonfirmasi kepada saksi yang disebut D melihat kejadian dugaan penganiayaan oleh SU.
Ada dua saksi yang ditanya oleh Aipda WH dan N, yaitu berinisial I dan A. Kedua saksi mengaku melihat korban dipukul oleh SU menggunakan gagang sapu ijuk di dalam kelas.
Tak berpikir lama, Aipda WH dan N langsung melaporkan dugaan penganiayaan ini ke Polsek Baito.
Selanjutnya, SU pun langsung dipanggil ke Polsek Baito untuk dikonfirmasi terkait dugaan penganiayaan kepada anak Aipda WH.
Saat dikonfirmasi, terduga pelaku pun tidak mengakuinya.