Pati

Ratusan Pelajar SMP di Pati Diajak Tulis Cerpen Tanpa Andalkan AI

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Pati, Suprihadi, mengawasi para siswa yang mengikuti lomba penulisan cerpen dalam rangka Bulan Bahasa yang digelar di SMPN 3 Pati, Senin (28/10/2024).

TRIBUNJATENG.COM, PATI – Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Pati punya cara khusus untuk memantik “ide murni” dari para siswa dalam berkarya di bidang sastra.

Dalam rangka memperingati Bulan Bahasa dan Sastra 2024, mereka menggelar lomba menulis cerita pendek (cerpen) dan lomba baca puisi untuk para pelajar SMP se-Kabupaten Pati. Lomba dilaksanakan di SMPN 3 Pati, Senin (28/10/2024).

Lomba ini diikuti total 123 peserta, 60 peserta lomba penulisan cerpen dan 63 peserta lomba baca puisi. Mereka merupakan siswa/siswi perwakilan dari SMP dan MTs se-Kabupaten Pati.

Baca juga: 15 Ucapan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2024, Cocok untuk Status FB, IG, dan WA WhatsApp

Baca juga: 16 Penumpang KAI Daop 4 Semarang Kena Sanksi Karena Lakukan Pelanggaran, Ada yang Diblacklist!

Dalam lomba penulisan cerpen, para peserta diminta menulis tangan di kertas folio, tanpa menggunakan peranti elektronik seperti laptop ataupun ponsel pintar.

Hal ini untuk menghindari plagiarisme dan penggunaan artificial intelligence (AI) atau teknologi kecerdasan buatan dalam menulis karya. 

Sebagaimana diketahui, AI semacam Chat GPT telah sedemikian canggih sehingga bisa menghasilkan cerpen atau puisi sesuai prompt atau instruksi singkat yang diberikan penggunanya.

Tanpa bermaksud menafikan perkembangan zaman, mekanisme lomba cerpen dengan menulis tangan secara manual ini dimaksudkan untuk memunculkan ide murni dari para peserta.

Sebab, lomba ini digelar untuk menghasilkan bibit-bibit sastrawan yang berbakat dari kalangan siswa.

“Bersama tim, kami merumuskan metode agar anak-anak menulis di kertas folio, agar ide dan gagasan benar-benar asli dari siswa. Kalau misal diketik di PC, godaan dan risiko plagiarisme lebih besar. Supaya anak-anak juga tidak tergoda memakai Chat GPT. Ketakutan kami, anak-anak semata-mata memanfaatkan AI untuk membuat cerpen. Padahal di sini kami mencari bibit-bibit sastra dari kalangan siswa,” jelas Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Pati, Suprihadi.

Menurut dia, gagasan yang dia usulkan ini tidak langsung diterima. Banyak yang meragukan manfaat dan tujuannya. Namun, setelah melalui perundingan, akhirnya sistem lomba ini disepakati.

“Saya ingin melihat kreativitas dan inovasi siswa. Paling tidak karakter, kompetensi, dan bakat mereka bisa kelihatan. Dengan menulis tangan, saya harap hasil karya lebih jujur dan lebih bisa dipertanggungjawabkan. Ide-ide yang muncul dari anak-anak langsung teraktualisasikan dalam tulisan mereka,” ungkap dia.

Suprihadi menambahkan, ada tiga tema cerpen dalam lomba ini, yakni “aku dan bahasaku”, “aku sebagai generasi emas”, dan “untuk Indonesiaku”. Ketiga tema cerpen tersebut diundi untuk tiap peserta. 

Kemudian peserta diberi waktu 180 menit untuk menulis cerpen sepanjang 5-8 halaman folio sesuai tema yang mereka dapat.

Sistem pengundian juga dilakukan dalam lomba baca puisi. Ada tujuh puisi yang diundi untuk dibaca tiap-tiap peserta.

Ketujuh puisi tersebut ialah “Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini (Taufiq Ismail)”, “Sajak Tafsir (Sapardi Djoko Damono)”, “Sajak Matahari (WS Rendra)”, “Karawang-Bekasi (Chairil Anwar)”, “Resonansi Indonesia (Ahmadun Yosi Herfanda)”, “Di Muka Jendela (Goenawan Mohamad)”, dan “Kembalikan Indonesia Padaku (Taufiq Ismail)”.

Halaman
12

Berita Terkini