TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Keluarga almarhum Gamma atau GRO (17), korban penembakan yang diduga melibatkan oknum polisi, menyampaikan kekecewaan terhadap Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR RI yang digelar tanpa melibatkan mereka.
Keluarga mengaku awalnya sempat dijanjikan untuk mengikuti RDP melalui tautan Zoom.
Namun, ketika mencoba mengakses link tersebut pada Selasa (3/12/2024) pagi, aksesnya tidak berhasil.
"Pokoknya DPR itu bohong. Kami terus terang kecewa," kata Subambang, juru bicara keluarga, di Kota Semarang.
Menurut Subambang, pihaknya telah bersurat ke Komisi III DPR untuk meminta permohonan hadir dalam RDP.
Namun, rencana itu dibatalkan secara sepihak.
Sebagai gantinya, keluarga dijanjikan untuk mengikuti secara daring, tetapi link Zoom yang diberikan tidak dapat digunakan.
"Kami sudah siapkan bahan bantahan untuk klarifikasi ke polisi. Tapi karena tidak bisa masuk, kami hanya bisa melihat RDP lewat televisi," ungkapnya.
Keluarga menyayangkan jalannya RDP yang mereka nilai berat sebelah, dengan narasi yang lebih menonjolkan kasus tawuran dibandingkan penembakan.
"Sebetulnya tawuran itu masalah kecil, malah diblow-up besar. Yang seharusnya diangkat adalah peristiwa penembakan," tegas Subambang.
Dalam RDP, polisi disebut memojokkan Gamma dengan tuduhan sebagai pengajak tawuran dan pembeli senjata tajam.
"Semua bukti yang ditampilkan seolah-olah diarahkan. Anak-anak remaja disetel untuk bilang Gamma yang ajak, Gamma yang beli senjata. Ini yang kami ingin luruskan," tambahnya.
Paman korban, Agung (49), mempertanyakan kronologi yang dipaparkan polisi dalam RDP.
Menurutnya, rekaman CCTV menunjukkan bahwa tidak ada adegan kejar-kejaran atau serangan dari pihak Gamma.
"Dalam video, justru terlihat polisi menghadang di tengah jalan dan menembaki. Tidak ada bukti Gamma menyerang polisi," jelas Agung.