Sudaryono mengaku puas dengan hasil Pilkada Jateng 2024.
Meski secara politik sulit bergerak, ia berujar, lambat laun dengan metode yang dilaksanakan selama kampanye, ditambah kekompakan dan semangat seluruh kader dan relawan, Gerindra bisa memenangkan kontestasi pilkada 2024.
"Kami meyakini bahwa di detik terakhir, Lutfi dan kompetitornya saya kira unda-undi (hampir sama-Red). Ada swing voter belum begitu form," ucapnya.
Ubah peta politik
Namun, menurut dia, sapuan terakhir yang dilakukan Gerindra dengan konsolidasi di 35 kabupaten/kota selama 10 hari terakhir mengubah peta politik.
Dengan upaya itu, hasil analisa statistik internal mampu membawa swing voters menentukan pilihan.
Sementara, pada tingkat kabupaten/kota, Sudaryono menyatakan, Gerindra juga menunjukan progres yang cukup signifikan, dari sebelumnya hanya mempunyai beberapa kepala daerah dari partai berlambang garuda tersebut, kini Gerindra memiliki 27 kepala daerah di Jateng.
Ia menyebut, hal itu menjadi modal pergerakan politik di Jateng untuk tahun-tahun mendatang.
"Kami maunya menang semua, tapi gimana? Di pilgub, kami puas. Saya mengapresiasi semua langkah-langkah yang dilakukan Gerindra, baik di provinsi maupun kabupaten/kota," tukasnya.
Dari 27 kemenangan di tingkat kabupaten/kota, Sudaryono mengungkapkan, sebanyak 20 merupakan kader Partai Gerindra, dan tujuh lainnya Gerindra turut mengusung.
Ia meyakini, sebanyak 27 kepala daerah yang telah diusung Gerindra itu bisa memperjuangkan dan menyelaraskan program-program Presiden Prabowo Subianto.
"Presiden Pak Prabowo menyampaikan bahwa rencana program yang ada harus terlaksana sampai ke bawah. Tentu saja, gubernur dan wali kota/bupati punya visi misi tambahan yang tidak boleh bertentangan dengan visi pemerintah pusat," paparnya.
Sudaryono menyampaikan, proram-program yang harus dikawal meliputi pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, hilirisasi, bantuan sosial, membuka lapangan kerja, dan lain-lain.
Pihaknya pun memberikan masukan kepada Luthfi-Yasin untuk mengentaskan kemiskinan di Jateng.
"Selama ini selalu diolok-olok Jateng provinsi paling miskin di Pulau Jawa. Harus ada akselerasi. Kami ingin ada perubahan," tandasnya. (eyf)