Dia mengatakan, melihat kondisi lalu-lintas ternak yang sangat dinamis di Pati, ada kemungkinan jumlah kasus akan meningkat.
Namun demikian, semaksimal mungkin pihaknya melakukan antisipasi dengan membagikan disinfektan.
Penyemprotan disinfektan adalah langkah pencegahan penularan PMK yang bisa dilakukan secara mandiri oleh peternak.
"Adapun untuk vaksinasi sampai sekarang belum ada informasi. Hasil vaksinasi tahun kemarin, ternak yang divaksin memang cenderung lebih aman," kata dia.
Andi menerangkan, penularan PMK biasanya terjadi jika ada ternak baru yang masuk kandang.
"Memang ada ternak baru dari luar daerah yang tidak divaksin, masuk ke Pati malah menularkan ke tempat kita," ucap dia.
Jika sudah kadung terkena PMK, ternak memang harus diobati dengan terapi tertentu oleh dokter hewan maupun mantri hewan setempat.
Meski cukup banyak laporan masuk, Andi menegaskan bahwa kasus PMK tahun-tahun lalu lebih banyak. Kasus tahun 2024 hingga awal 2025 ini tidak separah sebelumnya lantaran telah dilakukan langkah antisipasi dengan vaksinasi.
Namun demikian, Andi tidak menampik bahwa tetap ada kepanikan di kalangan peternak. Mereka panik sehingga menjual ternaknya dengan harga murah.
Padahal, sebagaimana diketahui, PMK tidak bersifat zoonosis. Artinya tidak menular ke manusia. Jika diolah dengan baik, daging ternak yang terkena PMK tetap aman dikonsumsi.
"Tapi kami tetap berusaha mengedukasi masyarakat agar menjaga ternaknya. Jangan sampai ada ternak sakit masuk ke kandang. Kalau ada ternak baru masuk kandang, harus diisolasi agar tidak bercampur dengan ternak lain," tandas dia. (mzk)