Kabid Peternakan Dispertan Kabupaten Pati, Andi Hirawadi menambahkan bahwa salah satu langkah pencegahan penularan PMK adalah melalui vaksinasi.
Sayangnya, jumlah vaksin di Pati tahun ini sangat terbatas, berbeda dari tahun lalu.
“Kami hanya dapat jatah 250 dosis dari APPSI (Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia) Jawa Tengah."
"Itu kami utamakan untuk ternak yang memang rentan dan masih sehat."
"Yang sakit tidak boleh divaksin,” jelas dia.
Peternak sapi di Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo khawatir dengan adanya peningkatan kasus PMK ini.
Sebab, dia punya pengalaman buruk saat PMK mewabah pada 2022.
“Dulu di sini populasinya sudah sekira 200, saat ini tinggal 70."
"Gara-gara dulu dijualin akibat PMK."
"Harga sapi perah yang masih sehat dan produktif sekira Rp30 juta."
"Karena pada sakit, banyak yang saya jual, harganya tinggal Rp1,5 juta per ekor, pada 2022,” jelas Ketua Kelompok Ternak Sidodadi ini.
Darso bersyukur, saat ini seluruh hewan ternaknya dalam keadaan sehat.
Menurut dia, kelompok peternaknya cukup diperhatikan oleh Dispertan, antara lain melalui kegiatan vaksinasi dan penyemprotan disinfektan. (*)
Baca juga: Gedung Baru RSUD Kraton Pekalongan Beroperasi 2 Tahun Lagi
Baca juga: Pelatih PSIS Komentari Pemecatan Shin Tae-yong , Gilbert Agius: Saya Tak Tahu Alasan Pastinya
Baca juga: Besok Kamis Pagi di Gedung PKPRI, KPU Gelar Pleno Penetapan Paslon Terpilih Pilkada Blora 2024
Baca juga: Jalan Tayu-Puncel Viral, Perbaikan Masuk Anggaran 2025 dengan Estimasi Rp 9 Miliar