Anak Kelas 2 SD Alami Kebutaan Gegara Sering Konsumsi Makanan Instan, Dokter Beri Nasihat
TRIBUNJATENG- Seorang siswa kelas 2 SD di Malaysia mengalami kebutaan permanen akibat kebiasaan makan makanan olahan seperti sosis, nugget, dan kue sejak kecil.
Kisah tragis ini viral di Facebook setelah dibagikan oleh seorang dokter bernama Erna Nadia.
Erna menjelaskan bahwa kebutaan tersebut bukanlah akibat konsumsi makanan olahan sesekali, tetapi dampak dari pola makan yang sepenuhnya bergantung pada makanan instan selama bertahun-tahun.
Erna menulis bahwa anak tersebut hanya diberi makanan olahan sejak lahir hingga kelas 2 SD, yang menyebabkan defisiensi nutrisi parah, termasuk kekurangan vitamin A.
Kondisi ini berujung pada kerusakan fungsi penglihatan yang akhirnya menyebabkan kebutaan.
"Dia hanya diberi makanan olahan seperti nugget, sosis, dan kue, sejak lahir hingga sekarang, ketika dia baru di kelas 2," tulis Erna, melansir dari TribunTrends.
Setelah diperiksa di rumah sakit, anak tersebut didiagnosis kekurangan vitamin A, yang menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatannya.
Vitamin A sangat penting untuk menjaga kesehatan mata, dan kekurangannya bisa menyebabkan kebutaan jika tidak segera ditangani.
Sayangnya, meskipun ada upaya medis, kerusakan penglihatan anak tersebut tidak dapat diperbaiki.
Kondisi ini menjadi pengingat penting akan bahaya pola makan yang tidak seimbang, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Erna, yang juga seorang dokter, berharap kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk orang tua agar lebih bijak dalam memilih makanan bergizi bagi anak-anak mereka.
Erna mengingatkan bahwa gejala kekurangan vitamin A, seperti mata kering dan penglihatan kabur, sering kali tidak disadari pada tahap awal.
Jika dibiarkan, gejala tersebut dapat berujung pada kerusakan permanen.
Ia juga menekankan bahwa meskipun makanan olahan praktis, jenis makanan ini cenderung kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh, dan konsumsi berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan dalam jangka panjang.
Sebagai alternatif, Erna menyarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin A, seperti sayuran hijau, buah berwarna oranye dan merah, serta sumber protein hewani seperti daging, ikan, dan produk susu.
Selain itu, menu sederhana seperti nasi dengan telur dan kecap sudah cukup untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan gizi anak.
Kisah ini menegaskan pentingnya pola makan sehat dan bergizi untuk mendukung tumbuh kembang anak serta menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Erna berharap kisah ini dapat mengingatkan semua orang tua untuk lebih peduli dengan pola makan keluarga, meskipun kesibukan sering kali menjadi alasan.