Readers Note

Readers Note Prof Ahmad Musyafiq : Solusi Isra Mi'raj

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

READER NOTE -- Prof. Dr. H. Ahmad Musyafiq, M.Ag., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Ulumul Hadis Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang.

Silaturrahmi tidak hanya dilakukan kepada mereka yang masih hidup, tetapi juga kepada yang sudah wafat, yang biasa disebut ziyarah.

Karena hakekatnya, mereka hanya berpindah ke alam lain. Karena itu, redaksi salam yang diajarkan saat ziyarah tetap menunjukkan adanya “kontak langsung” (assalamu’alaikum ya ahlal qubur wa inna in sya Allahu bikum lahiqun: damai untuk kalian wahai penghuni kubur, insyaallah kami akan menyusul kalian).

Solusi Vertikal

Selain peristiwa Isra`, Nabi Muhammad SAW juga melakukan Mi’raj (bukan i’raj), yakni perjalanan “naik” menuju Allah SWT.

Dalam pengertian ini, maka perjalanan dari Masjidil Aqsha sampai langit ke tujuh merupakan perjalanan transisi. Dalam perjalanan ini, beliau masih didampingi oleh Malaikat Jibril AS dan masih bertemu dengan sejumlah rasul.

Mi’raj yang sesungguhnya adalah ketika beliau menuju Sidratil Muntaha, perjalanan seorang diri menghadap Allah SWT.

Mi’raj inilah yang kemudian disimbolisasi melalui salat. Beberapa bacaan dalam salat, khususnya bacaan tasyahhud, merupakan gambaran dari pertemuan beliau dengan Allah SWT. Sebagaimana Isra`,

Mi’raj juga bisa dilakukan oleh orang lain, tentu dengan kualitas yang berbeda. “Salat adalah mi’raj orang-orang beriman.”

Dalam konteks penyelesaian masalah, mi’raj adalah solusi vertikal, yakni menemukan solusi dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, khususnya melalui salat.

 Terkait salat sebagai (cara mendapatkan) solusi ini, ada banyak ayat yang memerintahkan agar kita memohon pertolongan kepada Allah SWT melalui salat (misalnya QS Al-Baqarah: 45 dan 153, sebagai jabaran dari QS al-Fatihah 1: 5).

Nabi Muhammad SAW juga mencontohkan, setiap kali menghadapi masalah berat, beliau bergegas salat.

Semua gerakan dan bacaan salat mengandung pencarian solusi vertikal itu. Ada yang berupa sanjungan dan pujian kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT berfirman: “Siapa yang mengingat-Ku, akan Aku beri dia lebih dari yang Aku berikan kepada mereka yang meminta.”

 Ada juga yang berupa permohonan, misalnya bacaan saat duduk di antara dua sujud. Sahabat Abu Hurairah ra. menyarankan agar menggunakan sujud untuk memperbanyak doa (dalam hati, agar secara fiqhiyah tidak membatalkan salat). Karena, menurutnya, di momen sujud itulah seseorang berada dalam situasi paling dekat dengan Allah SWT.

Etos Kerja

Setelah menempuh Isra` dan Mi’raj, Nabi Muhammad SAW mendapatkan solusi, yakni hijrah ke Yatsrib (al-Madinah al-Munawwarah). Beliau mulai membangun komunikasi dengan para jamaah haji dari Yatsrib, yang setiap tahun berdatangan ke Makkah untuk menunaikan haji. Dari komunikasi itulah muncul sejumlah bai’ah (sumpah setia), sebagai persiapan sebelum berhijrah yang baru beliau lakukan beberapa tahun kemudian.

Halaman
123

Berita Terkini