TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) secara resmi meluncurkan program Collaborative Online International Learning (COIL) Course for Economics Program, bekerja sama dengan Departemen Ekonomi Bukidnon State University (BukSU) Filipina.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memperkaya pengalaman belajar bagi mahasiswa dan dosen dari kedua universitas melalui pembelajaran kolaboratif berbasis teknologi daring.
COIL menyatukan mahasiswa dan dosen dari UKSW dan BukSU Filipina dalam pembelajaran daring yang berfokus pada topik-topik seperti makroekonomi dan ekonometrika.
Program ini dirancang untuk membuka wawasan lebih luas agar mahasiswa dan dosen siap menghadapi tantangan ekonomi global sekaligus memanfaatkan teknologi untuk menciptakan interaksi internasional yang mudah dijangkau.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Kealumnian (WR KK) UKSW Profesor Yafet Yosafet Wilben Rissy menegaskan COIL sebagai upaya strategis dan konkret dalam memperkuat posisi UKSW di kancah pendidikan global.
“Kami sangat bangga bisa memulai program ini dengan BukSU Filipina, teknologi memungkinkan kami mengatasi batasan geografis dan menjembatani mahasiswa serta dosen dari berbagai negara untuk berkolaborasi,” ujarnya, Selasa (25/03/2025).
Ia menambahkan bahwa COIL menciptakan atmosfer akademik internasional dengan efisiensi biaya yang rendah berkat dukungan teknologi.
Kantor WR KK sejauh ini telah memfasilitasi kolaborasi antara FEB UKSW dengan Departemen Ekonomi BukSU Filipina dan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dengan Kwansei Gakuin University (KGU).
Pimpinan universitas terus mendorong pengembangan COIL di fakultas lain melalui Direktorat Kerja Sama (DIKER).
President BukSU Filipina Dr. Joy M. Mirasol menyampaikan bahwa kolaborasi COIL penting untuk memperluas wawasan global dan mengembangkan keterampilan menghadapi tantangan dunia yang kompleks.
Ia mengajak peserta meningkatkan kemampuan berpikir kritis, beradaptasi dengan perubahan, serta bekerja sama mengatasi isu sosial, ekonomi, dan lingkungan demi pembangunan berkelanjutan.
“Dengan kerja sama internasional, kita dapat menciptakan solusi yang inklusif dan tangguh untuk masa depan,” tegasnya.
Wakil Dekan FEB UKSW Ronny Prabowo, S.E., M.Com., Akt., Ph.D., menekankan pentingnya program internasionalisasi di era globalisasi.
"Keunggulan UKSW terletak pada kurikulum yang mengikuti tren global, termasuk ekonomi digital yang berkembang pesat, kami berkomitmen menyediakan pendidikan yang relevan secara global," jelasnya.
Program COIL juga membuka peluang bagi mahasiswa untuk berdiskusi lintas budaya dengan mahasiswa BukSU Filipina dan mendapat sertifikat internasional yang memperkaya portofolio mereka.
UKSW memiliki rencana mengembangkan program pertukaran mahasiswa dengan BukSU Filipina ke depannya.
“Kami berharap COIL ini berkembang menjadi program pertukaran mahasiswa dan dosen antara kedua universitas,” tambah Ronny Prabowo, Ph.D.
Mahasiswa akan mendapatkan materi langsung dari dosen ahli seperti Yulius Pratomo, S.E., MIntDevEc., Ph.D. dari UKSW dan Dr. Cleopas Bette R. Jacutin dari BukSU Filipina yang akan membahas akuntansi pendapatan nasional dan keseimbangan makroekonomi.
UKSW juga berencana memperluas program COIL ke fakultas lain dan universitas di Asia Tenggara.
Program ini diharapkan menjadi model kerja sama internasional yang memberi manfaat jangka panjang bagi mahasiswa, dosen, dan universitas.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 63 program studi di jenjang D3 hingga S3.
UKSW terletak di Salatiga dan dikenal sebagai Kampus Indonesia Mini yang mencerminkan keragaman mahasiswanya dari berbagai daerah.
UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.
Melalui program ini, UKSW menunjukkan komitmen mendukung pencapaian SDGs ke-4 pendidikan berkualitas, ke-9 industri, inovasi, dan infrastruktur, serta ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan.