"KKSU," jawab Dadang.
Setelah mengetahui adanya pungutan, lanjut Dadang, ia pun meminta bantuan kepada Organisasi Angkutan Darat (Organda) dan Dishub Provinsi Jabar untuk melakukan mediasi antara KKSU dan sopir angkot.
Pada malam hari, KKSU mendatangi Dadang Kosasih dan mengatakan akan mengembalikan uang tersebut.
Namun, keesokan harinya, Dedi Mulyadi ternyata mengunggah video obrolannya dengan seorang sopir angkot bernama Emen yang mengaku uang kompensasinya dipotong oleh Dishub Bogor.
"KKSU sudah oke malam datang ke saya, sopir belum ketemu. Waktu itu keduluan dengan Pak Gubernur," tutur Dadang Kosasih.
Laporan Emen
Seorang sopir angkot bernama Emen menyebut nama Nandar ketika dihubungi oleh Dedi Mulyadi.
Emen menyebut, masing-masing sopir angkot seharusnya mendapatkan total bantuan sebesar Rp1,5 juta yang terdiri dari uang tuai Rp1 juta dan sembako senilai Rp500 ribu.
Kendati demikian, uang kompensasi tersebut disunat sebesar Rp200 ribu sehingga sopir angkot hanya menerima Rp800 ribu.
"Kan uang Rp 1 juta ya. Bilangnya yang mungut, keikhlasan. Tapi keikhlasannya ditarget Pak, Rp 200 ribu," tutur Emen di Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel.
Menurut Emen, ada beberapa oknum yang terlibat dalam penyunatan uang kompensasi tersebut. Di situ lah nama Nandar Tayana muncul.
"Kita cuma dipinta Rp 200 ribu, semuanya, kita nyerahin Rp 4 juta. Ketua KKSU yang terima uang, Pak Nandar," ungkapnya.
(*)