Berawal dari media sosial itu, usaha Indra yang semula hanya plafon dan anyaman bambu, berkembang ke gazebo, kursi, tirai, lampion, dan sovenir.
Pemesanan pun meningkat dengan perbandingan sebelum online 30 persen dan setelah online menjadi 70 persen.
Meningkatkannya pesanan itu juga membuat Indra bisa membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat atau tetangga rumah.
"Semua pekerja yang saya libatkan adalah tetangga. Jumlahnya mencapai 20 orang untuk membantu buat plafon anyaman bambu," jelasnya.
Dalam membantu usahanya, Indra juga mengajak rekan disabilitasnya dari Komunitas Difabel Slawi Mandiri (DSM).
Dia sendiri pernah menjadi pendamping atau honorer disabilitas di Gedung Loka Bina Karya (LBK) milik Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Tegal.
Rekan-rekan disabilitas diajaknya untuk jangan menyerah dan berwirausaha mandiri. Dia pun selalu memotivasi agar disabilitas selalu berbuat baik dan hidup lebih baik.
Ada sebanyak lima disabilitas yang ikut menganyam bersamanya.
"Saya mengajak teman-teman disabilitas untuk memotivasi mereka. Saya merasakan betul saat tangan kiri diamputasi. Karena itu saya ingin mereka juga memiliki semangat," ungkap Indra sambil menunjukkan tangan kirinya yang palsu.
Terbantu KUR
Peningkatan usaha anyaman bambu milik Indra mengalami peningkatan saat Covid-19 melanda Indonesia, pada 2020.
Dia bahkan sempat kekurangan modal untuk pembuatan barang.
Menurutnya, pesanan meningkat saat Covid-19 karena banyak pelanggan yang ingin membuat gazebo di rumahnya. Terutama pesanan gazebo kafe dan wisata.
Saat itu, Indra mengambil pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia (BRI) senilai Rp 25 juta.
"Alhamdulillah waktu Covid-19, itu kan luar biasa omzetnya. Sampai saya kekurangan modal. Akhirnya pinjam KUR dan bisa berjalan sampai sekarang," ingat Indra.
Hingga saat ini usaha anyaman bambu Indra terus meningkat. Dalam satu bulan, pemesanan gazebo mencapai 10- 20 unit, sedangkan plafon anyaman bambu sampai 5 rumah.