UKSW Salatiga

Wastra Nusantara, Seni dan Doa: Sudut Pandang Budayawan Sujiwo Tejo dan Rektor Intiyas

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

REKTOR DAN SUJIWO TEJO: Semarak budaya dalam rangka Dies Natalis Perak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) diwarnai gelaran spesial melalui Talkshow bersama budayawan Sujiwo Tejo dan Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami, Senin (21/04/2025) malam. Acara ini merupakan bagian dari helatan budaya Parade dan Launching Wastra Nusantara “Senja Seribu Wastra Nusantara di Salatiga”, peringatan tiga momen penting: Dies Natalis FISKOM, Hari Kartini, dan Hari Bumi. (TRIBUN JATENG/ISTIMEWA)

“Masa depan Indonesia ada pada seluruh kebijakan dan kearifan lokal, herbal, batik, matematika, dan lainnya. Kalau matematika ditemukan di Indonesia, pasti matematika itu batik, karena batik itu ketidakteraturan yang teratur,” tuturnya.

Menurutnya, mahasiswa tidak harus selalu turun ke jalan untuk menunjukkan sikap kritis.

“Di UKSW ini, saya melihat mahasiswa yang berpikir kritis tanpa perlu ramai. Budaya punya jalannya sendiri,” ujar pria yang telah menuangkan daya kritisnya ke dalam desain 14 lembar kain sarung yang dikenakan mahasiswa UKSW, yang turut mengiringi nyanyian sepanjang acara berlangsung. 

Ia menutup refleksinya dengan menyentuh persoalan cinta yang dalam: “Cinta sejati adalah memberi tanpa syarat. Seperti ibu yang menitipkan doa dalam selembar kain untuk anak-anaknya.”

Dalam talkshow ini, pernyataan Rektor Intiyas tentang wastra sebagai simbol budaya yang melampaui fungsi materialnya sejalan dengan pandangan Sujiwo Tejo tentang pentingnya kembali ke akar budaya Indonesia.

Rektor Intiyas menegaskan bahwa wastra adalah produk jiwa, bukan sekadar kain, yang sarat dengan doa dan makna spiritual.

Sujiwo Tejo pun menambahkan bahwa masa depan Indonesia terletak pada kearifan lokal dan budaya, seperti batik dan wastra, yang harus dijaga dan dipelihara. Keduanya mengajak kita untuk melihat budaya sebagai kekuatan yang mempersatukan dan memberikan arah bagi peradaban bangsa.

Bangga dengan budaya

Talkshow bersama Sujiwo Tejo dan Rektor Intiyas meninggalkan kesan mendalam bagi Rosella Sedna, mahasiswa Ilmu Komunikasi FISKOM UKSW. Ia melihat wastra sebagai warisan budaya yang mencerminkan kisah hidup dari berbagai daerah, dan sejalan dengan pesan Rektor, Rosella menegaskan pentingnya generasi muda untuk mulai mengenakannya.

“Kalau kita tidak mulai memakainya dari sekarang, nanti siapa?” ujarnya.

Senada dengan itu, Laura Halim dari Program Studi Ilmu Komunikasi FISKOM melihat setiap wastra memiliki makna yang berbeda. Seperti yang disampaikan Rektor Intiyas, sejak lahir hingga akhir hayat, manusia selalu bersentuhan dengan wastra yang diwariskan dari generasi ke generasi.

“Di dalamnya ada doa, ada harapan. Maka, meski budaya asing terus masuk, kita harus tetap bangga dengan budaya kita sendiri,” tutupnya.

Sementara itu, Ivana Christine Kafiar dari Program Studi Hubungan Internasional FISKOM menyampaikan, “Acara ini sangat berkesan, terutama saat Sujiwo Tejo mendalang dan menjawab dengan nyinden."

"Saya benar-benar terkagum pada kekayaan budaya Indonesia,” ujar mahasiswa asal Papua ini. 

Sementara itu, Sharon I. M. Tidore dari Program Studi Ilmu Komunikasi FISKOM mengungkapkan, “Saya senang dapat terlibat dalam penampilan. Sujiwo Tejo memberikan banyak perspektif baru tentang seni, ekspresi, dan makna di balik setiap lagu yang dibawakannya.”

Halaman
123

Berita Terkini